Tingkatan seorang muslim

Seorang Muslim hendaknya berilmu sebelum mengamalkan apa yang ia ketahui, kemudian mendakwahkannya

Keutamaan Shalat Isroq

Setiap muslim tentunya menginginkan pahala yang besar dari setiap ibadahnya, salah satunya shalat isroq yang dilalaikan pada saat ini

Tips menghafal Al Qur'an bagi orang sibuk

Kurangnya pengetahuan kita mengenai manajemen waktu membuat kita belepotan dalam menghafal.

Bunga Yang Istimewa Hanya untuk Yang Istimewa

Allah telah menjamin bagi orang-orang yang selalu memperbaiki diri, dengan pasangan yang memperbaiki diri. begitu juga yang Istimewa sebagaimana diibaratkan cermin

Tips Menjemput Jodoh

Jodoh adalah persoalan yang sensitif bagi ereka yang merasa berumur, mari mempersiapkan diri

Kamis, 22 Desember 2011

Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma dan Toleransi (5)


MENATA SIKAP

     Dengan menyadari segala kekeliruan dogma seperti yang telah saya paparkan di atas, maka sepantasnya jika memperbaharui keyakinan kita.

 Pertama, bahwa Yesus” bukan anak tuhan”, dan” bukan Tuhan” itu sendiri.

Kedua, Yesus ( Isa Al masih putra Maryam ), tidak dilahirkan pada tanggal  25 Desember. Penetapan kelahiran beliau  pada tanggal tersebut hanyalah hasil adopsi ajaran paganisme politheisme.

Ketiga, sikap  toleransi terhadap agama – agama bukan berarti manyakini, apalagi mengikuti, ajaran agama – agama tersebut.  Maka, selalu relevan untuk memahami Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Perayaan Natal Bersama.

Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma dan Toleransi (4)


PANDANGAN  TIGA AGAMA TENTANG YESUS

Yahudi
1.      Yesus lahir dari perbuatan zina;  mengaku menjadi Mesias yang dinantikan Bani Israil.
2.     Yesus layak mati disalib sebagai hukuman terhadap pengakuannya sebagai Mesias.

Kristen
1.      Yesus adalah Tuhan Putra, pribadi kedua Tuhan.
2.      Yesus mengalami kematian di kayu salib untuk menebus dosa warisan umat manusia.

Islam
1.      Yesus lahir  karena ketentuan Allah ( kalimat Allah ), dilahirkan ibindanya Siti Maryam binti Imran dalam keadaan suci ( fitrah ).
2.      Yesus adalah seorang utusan Allah, bukan Tuhan sebagaimana penjelasan surat Al maidah/ 5:73.
” Sesunguhnya kafirlah orang –orang yang mengatakan bahwasannya Allahsalah satu dari tiga, padahal sekali-kali tiddak ada Tuhan ( yang berhak disembah ) selain Tuhan Yang Maha Esa .  Jika mereka Tidak berhenti dari apa  yamg mereka katakan itu, pasti orang – orang kafir  diantara mereka akan tertimpa siksaan yang pedih.”

3.      Yesus diselamatkan Allah dari kematian di kayu salib.

Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma dan Toleransi (3)


 SEJARAH NATAL

     Kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingatri hari kelahiran Isa Al Masih- yang mereka sebut Tuhan Yesus.

     Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).

Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma dan Toleransi (2)


YESUS DALAM SEJARAH BANGSA YAHUDI

       Sebelum membahas tentang perayaan Natal dan segala konfrontasi yang menyertainya, terlebih dahulu perlu saya jelaskan latar belakang kesejarahan Yesus itu sendiri. Bahwa Yesus memang lahir dan hidup dikalangan bangsa Yahudi. Oleh karena itu, untuk bisa memahami sosok Yesus, harus paham terlebih dahulu bangsa Yahudi.

       Bangsa Yahudi berkeyakinan bahwa mereka adalah “bangsa pilihan” Tuhan. Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kepentingan dan kesejahteraan mereka. Dan mereka merasa sebagai subjek, sedangkan bangsa lain cukup sebagai pelengkap penderita. Lebih lanjut hanya diri mereka yang dianggap ”manusia, sedangkan bangsa lain hanyalah pembantu, budak, bahkan anjing.  Keyakinan seperti itulah yang membuat mereka lebih dari bangsa lain, sombong, pongah, keras kepala bahkan kejam.

Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma dan Toleransi (1)




Hj. Irena Handono


* PENDAHULUAN

Perayaan Natal, sungguh wah dan gemerlap, dengan pohon-pohon cemara lengkap digantungkan hiasan-hiasan, kerlap-kerlip lampu, dan hadiah-hadiah dibawahnya. Malamnya, tepat pukul 24.00 dilakukan misa (kebaktian). Rumah-rumah pun dihias pohon cemara, juga toko dan plasa, gedung dan kantor. Acara-acara televisi marak oleh nuansa Natal. Instansi-instansi juga secara resmi merayakannya.

Tahun 2015 Indonesia Pecah?


Assalamu’alaykum Pak Rizki,
Saya baru baca sebuah buku bersampul merah, judulnya “Tahun 2015 Indonesia Pecah”. Di dalam buku tersebut ada foto sejumlah pejabat dengan sang penulis yang menyerahkan kopi bukunya. Hal ini menandakan para pejabat di negeri ini sudah banyak yang tahu buku tersebut. Yang membuat saya bertanya-tanya, sekaligus cemas, apakah memang benar tahun 2015 negeri ini akan hancur berkeping-keping? Itu saja Pak. Mohon jawabannya ya. Jazakallah.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Ary Susilaningsih

Kontroversi Natal 25 Desember


Assalamu’alaykum,
Pak, benarkah Natal atau kelahiran Nabi Isa a.s. itu terjadi pada tanggal 25 Desember? Saya bingung, akhir Desember itu kan musim dingin, padang rumput selalu ditutupi salju, tapi di dalam berbagai pementasan atau kisah tentang lahirnya Nabi Isa a.s. selalu digambarkan jika para penggembala melepaskan ternaknya di padang rumput di waktu itu? Ini kan tidak nyambung.
Lalu ada yang bilang jika 25 Desember sebenarnya merupakan hari lahirnya anak Dewa Matahari, sebab itu sembahyang kaum penyembah Dewa Matahari dilakukan pada hari Sun-Day (Hari Matahari). Mengapa saudara-sadara kita umat Kristen kok melakukan yang sama? Sekian saja Pak. Terima kasih.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Ada Apa dengan 25 Desember


KEBOHONGAN KELAHIRAN ISA 25 DESEMBER
SEJARAH NATAL 
Kata natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih – yang mereka sebut Tuhan Yesus.
Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325 – 354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal). 

Minggu, 18 Desember 2011

Hukum CADAR Menurut Ulama 4 Madzhab


Wanita bercadar seringkali diidentikkan dengan orang arab atau timur-tengah. Padahal memakai cadar atau menutup wajah bagi wanita adalah ajaran Islam yang didasari dalil-dalil Al Qur’an, hadits-hadits shahih serta penerapan para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam serta para ulama yang mengikuti mereka. Sehingga tidak benar anggapan bahwa hal tersebut merupakan sekedar budaya timur-tengah.

Berikut ini sengaja kami bawakan pendapat-pendapat para ulama madzhab, tanpa menyebutkan pendalilan mereka, untuk membuktikan bahwa pembahasan ini tertera dan dibahas secara gamblang dalam kitab-kitab fiqih 4 madzhab. Lebih lagi, ulama 4 madzhab semuanya menganjurkan wanita muslimah untuk memakai cadar, bahkan sebagiannya sampai kepada anjuran wajib. Beberapa penukilan yang disebutkan di sini hanya secuil saja, karena masih banyak lagi penjelasan-penjelasan serupa dari para ulama madzhab.
Madzhab Hanafi

Sabtu, 10 Desember 2011

Tentang Qunut Nazilah (2)


Melihat pentingnya pembahasan tentang Qunut Nazilah pada kondisi sekarang ini, juga dikarenakan banyak manusia yang belum memahami hukum dan tata caranya, maka kami akan menjelaskan perihal Qunut Nazilah, hukum dan tata caranya sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Penjelasan ini kami bagi menjadi beberapa bagian:
Pertama: Qunut Nazilah disyariatkan ketika terjadi musibah besar, dan boleh dilakukan pada semua shalat wajib yang lima.
Banyak dalil yang mendasari hal ini, antara lain:
Pertama: Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa Qunut selama sebulan penuh, beliau mendoakan keburukan terhadap Ri’lan dan Dzakwan serta ‘Ushayyah yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya” [HR. Bukhari-Muslim, dengan lafadz Muslim]
Kedua: Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu: “Suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lihyan meminta bantuan orang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk berlindung dari musuh, beliau Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan bantuan 70 orang Anshor yang kami sebut sebagai Qurra’. Kebiasaan para sahabat yang disebut Qurra’ ini adalah mereka pencari bakar di siang hari dan menegakkan shalat lail di malam hari. Ketika 70 ornag Anshor ini berada di perjalanan dan sampai di sumur Ma’unah, mereka dibunuh dan dikhianati oleh suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lihyan. Berita ini sampai kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, maka beliau melakukan Qunut Nazilah selama sebulan pada shalat shubuh mendoakan kehancuran terhadap suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lahyan. Anas berkata: ” Kami pernah membacanya ayat Qur’an diturunkan tentang orang-orang yang dibunuh di sumur Ma’unah tersebut , kemudian ayat tersebut diangkat (mansukh) sesudah itu. (Yaitu ayat)

Tentang Qunut Nazilah (1)

Bersamaan dengan turunnya berbagai musibah dahsyat yang menimpa kaum muslimin berupa peperangan, penganiayaan, bencana alam dan lain-lainnya terutamanya di Iraq, Palestin, Afghanistan, Chechnya dll, maka perlunya dijelaskan secara ringkas mengenai Sunnah Qunut Nazilah yang merupakan Sunnah yang dipraktikkan oleh Rasulullah saw pada keadaan yang seperti ini dan juga merupakan salah satu bentuk keperihatinan seorang muslim kepada saudaranya apabila hanya mampu menolong saudaranya dengan doa ini.
Diharapkan kepada Allah Taala semoga tulisan ini bermanfaat untuk kaum muslimin dan mempererat hubungan ukhuwwah islamiyyah antara Muslimin.

Jumat, 09 Desember 2011

Sebuah Kegalauan

oleh Arif Zaenal Arifin pada 9 Desember 2011 pukul 15:00
Bismillah
Ketika panggilan itu kembali bertalu, tidak ada kata untuk menolaknya. Entah apa karena sedikitnya job yang kupunya ataupun karena amat susah untuk menolaknya. Itulah sebuah amanah yang tidak pernah lengang dari hidupku. Bila suatu pepatah mengatakan tiada hari tanpa belajar, maka untukku tiada hari tanpa mengajar. Bukan karena ku tak mampu untuk memikulnya namun karena begitu berat pertanggungjawabannya disisiNya. Ya Robb…. Engkau lebih tahu kekuranganku, Engkau lebih tahu kelemahanku, Engkau lebih tahu kemampuanku. Tersadar akan sebuah kehidupan yang amat singkat ini. Tersadar bahwa amat sedikit perbekalanku menuju kampungku. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kesempatan emas untuk mendulang pahala. Namun aku tersadar bahwa perjuangan ini tidak mampu untuk dipikul sendiri. Jalan yang curam diperlukan penunjuk jalan agar tidak tersesat sampai tujuan. Begitu dekat taman bunga namun begitu jauh kumelihatnya. Tidak ada yang istimewa untuk sekarang ini.  Kusitir sebuah syair untuknya:

Facebook ooh Facebook

oleh Arif Zaenal Arifin pada 9 Desember 2011 pukul 15:19
Tersadar bahwa engkau telah membuka hijabku yang begitu rapat kututup dari orang-orang disekitarku
Betapa bodohnya diriku, begitu banyak yang engkau ketahui dariku sedangkan aku tidak mengenalmu sama sekali
Hamper setiap hari aku merindukanmu, bahkan bila tidak berjumpa denganmu walaupun satu jam saja, perasaan risau selalu menggelayutiku
Terkadang aku lalai dari amanah dakwahku karenamu, engkau mengenalkanku pada mereka yang tak pernah aku ketahui orangnya. Dan merekapun kebanyakan bukan mahramku, orang yang tidak aku kenal, dan engkaupun membuatnya menjadi seakan telah kenal. Padahal sehari-hari aku selalu menutup diri dari pergaulan seperti ini.

Rabu, 16 November 2011

Al-Qadariah, Majusi Umat ini

Siapakah yang tak mengenal Majusi? Aliran penyembah api atau lazim disebut Zoroaster ini, punya dualisme keyakinan tentang sumber kebaikan dan sumber kejahatan. Di umat ini, juga telah muncul aliran serupa. Dialah al-Qadariyyah.
Siapakah Mereka?
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Al-Qadariyyah adalah orang-orang yang ingkar terhadap takdir. Mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya apa yang terjadi di alam semesta ini bukan karena takdir dan qadha dari Allah l. Akan tetapi semua terjadi dikarenakan perbuatan hamba, tanpa ada takdir sebelumnya dari Allah l.’ Mereka ingkar terhadap rukun iman yang keenam.” (Lamhatun ‘Anil Firaqidh-dhallah, hlm. 29)

Tentang Mu'tazilah

Sejarah Munculnya Mu’tazilah
Kelompok pemuja akal ini muncul di kota Bashrah (Irak) pada abad ke-2 Hijriyah, antara tahun 105-110 H, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan dan khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-Ghozzal. Ia lahir di kota Madinah pada tahun 80 H dan mati pada tahun 131 H. Di dalam menyebarkan bid’ahnya, ia didukung oleh ‘Amr bin ‘Ubaid (seorang gembong Qadariyyah kota Bashrah) setelah keduanya bersepakat dalam suatu pemikiran bid’ah, yaitu mengingkari taqdir dan sifat-sifat Allah. (Lihat Firaq Mu’ashirah, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Awaji, 2/821, Siyar A’lam An-Nubala, karya Adz-Dzahabi, 5/464-465, dan Al-Milal Wan-Nihal, karya Asy-Syihristani hal. 46-48)


Tentang Jamaah Tabligh

Berpenampilan zuhud. Berjalan ke sana kemari. Bergerombol. Ada yang menenteng kompor. Ada yang berjalan telanjang kaki. Mengajak orang-orang ke masjid. Mereka jama’ah (firqah) Tabligh [1]. Ada apa lagi dengan mereka? Tidakkah cukup satu edisi membicarakan tentang mereka? Tidakkah merasa bosan? Apakah orang yang berdakwah, mengajak ke masjid dan rajin beribadah itu dikatakan sesat? Beranikah engkau menyatakan mereka sebagai orang yang sesat?! Itulah permasalahannya! Apakah kita tega untuk menyatakan sesat orang yang memang telah dikatakan sesat oleh para ulama kaum muslimin?! Apakah kita tetap lebih mendahulukan perasaan kita daripada ilmu yang menerangkan siapa mereka sebenarnya di balik baju kezuhudannya?! Apakah kita ragu mengatakan sesat orang yang memang sesat tetapi menutupi kesesatannya dengan berpura-pura zuhud??

Apakah kita ragu untuk membela agama Allah dari kerusakan yang mereka lakukan melalui baju tadi? Ataukah kita malah menyalahkan orang yang menerangkan tentang kesesatan mereka?Di edisi ini kita akan menambah ilmu tentang kesesatan mereka, bukan untuk mengikuti mereka. Tapi untuk berhati-hati. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang penyair:

Sejarah Munculnya Sufi


Penulis: Al-Ustadz Ruwaifi' bin Sulaimi, Lc


Sejarah Munculnya Tasawuf dan Sufi

Tasawuf (تَصَوُّف) diidentikkan dengan sikap berlebihan dalam beribadah, zuhud dan wara’ terhadap dunia. Pelakunya disebut Shufi (selanjutnya ditulis Sufi menurut ejaan yang lazim, red) (صُوْفِيٌّ), dan jamaknya adalah Sufiyyah (صُوْفِيَّةٌ). Istilah ini sesungguhnya tidak masyhur di jaman Rasulullah , shahabat-shahabatnya, dan para tabi’in. Sebagaimana dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Adapun lafadz Sufiyyah bukanlah lafadz yang masyhur pada tiga abad pertama Islam. Dan setelah masa itu, penyebutannya menjadi masyhur.” (Majmu’ Fatawa, 11/5)
Bashrah, sebuah kota di Irak, merupakan tempat kelahiran Tasawuf dan Sufi. Di mana sebagian ahli ibadahnya mulai berlebihan dalam beribadah, zuhud, dan wara’ terhadap dunia (dengan cara yang belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah ), hingga akhirnya memilih untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuf/صُوْفٌ ).

Rabu, 28 September 2011

Jadilah baja yang bersahabat dengan Palu, jangan menjadi kaca

oleh Arif Zaenal Arifin pada 27 September 2011 jam 14:58

"Palu menghancurkan kaca, tapi palu membentuk baja."
Apa makna dari pepatah kuno Rusia ini?

Jika jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu masalah menghantam kita, maka dg mudah kita putus asa, frustasi, kecewa, marah dan jadi remuk redam.

Jika kita adalah kaca, maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat kita berhubungan dengan orang lain. Sedikit benturan sdh lebih dari cukup untuk menghancurkan hubungan kita.

Jangan pernah jadi kaca, tapi jadilah baja. Mental baja adalah mental yg selalu positif, bahkan tetap bersyukur disaat masalah dan keadaan yg benar2 sulit tengah menghimpitnya.

Mengapa demikian?
Orang yang seperti ini selalu menganggap bahwa masalah adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik. Sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yg lebih berguna setelah lebih dulu diproses dan dibentuk dg palu. Setiap pukulan memang menyakitkan, namun mental baja selalu menyadari bahwa itu baik untuk dirinya.

Jika hari ini kita sedang ditindas oleh masalah hidup, jangan pernah merespons dengan sikap yg keliru.

Jika kita adalah "baja" kita akan selalu melihat palu yg menghantam kita sbg sahabat yg akan membentuk kita.

Sebaliknya jika kita "kaca" maka kita akan selalu melihat palu sebagai musuh yg akan menghancurkan kita

source : http://raymondaurelia.blogspot.com/2011/...-palu.html

Akhiy, Engkau Telah Kutembak Mati!! (Surat Terbuka Kedua Untuk Para Akhiy)

oleh Arif Zaenal Arifin pada 10 September 2011 jam 18:38

Bismillah


Kamar tercinta,
07 September 2011
23.46 WIB

Terkhusus untukmu wahai akhiy nan bersahaja lagi bisa menjaga prasangka,
Di bawah kolong langit Allah manapun engkau ber-atap pada.

Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Akhiy, apakah sepucuk surat yang kukirimkan sedari kemarin kepadamu telah selesai engkau baca-i dan pula engkau fahami? Telah bisakah engkau mengartikan setiap rangkaian kata yang aku goreskan bersama ledakan emosiku yang tiada terkira saat surat itu aku tulisi?

Akhiy, Ini Aku Dan Segeralah Engkau Pinang Aku (Surat Terbuka Pertama Dari Dua Surat Untuk Para Akhiy)

oleh Arif Zaenal Arifin pada 10 September 2011 jam 18:36

Bismillah…


Bumi Allah, 03 September 2011
Pukul 22.50 WIB


Terkhusus untukmu wahai akhiy yang senantiasa aku damba,
Di bagian bumi Allah manapun engkau berada.


Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh,


Akhiy, semoga engkau dalam perlindungan dan penjagaan Allah selalu. Akhiy, ini aku. Aku adalah seorang ukhty muslimah nan senantiasa menunggumu di depan pintu hati dan pula di depan pintu rumahku, insya Allah.

Duniaku yang menyapu Mataku

oleh Arif Zaenal Arifin pada 09 September 2011 jam 19:58

Ketika dunia begitu menggoda jiwa, pernahkah engkau membayangkan bahwa ia begitu rapuh seperti nenek-nenek yang dipoles  sehingga seakan-akan cantik menggoda, kemudian engkau pun berlomba-lomba untuk meminangnya. Aku sedikit kecewa dengan apa yang terjadi, namun tak boleh disangkal bahwa itu hanya sebuah kekecewaan yang semu, Bagaimana aku merasa iri dengan dunia sedangkan Akhiratku tertinggal. Aku masih mengingat sebuah perumpamaan yang disampaikan seorang ustadz bahwa kita (kaum muslimin) sekarang seperti seorang anak kecil, ketika kita diberi pilihan untuk memilih antara cek uang bernilai satu Milyar yang tinggal kita cairkan saja dengan segenggam permen, namun kita memilih segenggam permen. Bukankah kita seperti anak kecil???
cobalah kita merenung wahai jiwa yang kerdil, uang yang senilai 1 M kita menolaknya dan lebih memilih permen daripada cek tersebut. Begitu besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang yang beramal sholeh, namun kita lebih memilih  dunia yang seperti segenggam permen.

Sedikit puisi

oleh Arif Zaenal Arifin pada 08 September 2011 jam 14:18

Bidadariku......
Namamu tidak terukir dalam catatan harianku
Asal Usulmu tak hadir dalam diskusi kehidupanku
Wajah Wujudmu tak terlukis dalam sketsa-sketsa mimpi-mimpiku
Indah suaramu tak terekam dalam pita batinku
Namun engkau hidup mengaliri pori-pori cinta dan semangatku
Sebab engkau adalah hadiah agung dari Tuhan untukku
Bidadariku.........
Seorang perempuan sholihah yang akan menjadi bidadariku
yang akan kucintai sepenuh hati  dalam hidup dan mati
yang akan aku harapkan menjadi teman perjuangan merenda masa depan
dan menapaki jalan Ilahi, itu siapa?
Aku tak tahu
ia masih derada dalam alam ghaib yang belum dibukakan Tuhan untukku
Jika waktunya tiba semuanya akan terang

(maaf tidak mau men-tag)
siapa tau nanti tersinggung atau disinggung. n_n

Ramadhan Yang Berlalu

oleh Arif Zaenal Arifin pada 07 September 2011 jam 17:14

Kita mengetahui bahwa Ramadhan telah pergi dari kita dengan disambut bulan syawal yang muliah. Ramdahan adalah bulan yang berbilang dimana kita mengetahui bahwa ia pasti berlalu di setiap satu tahun kehidupan kita. Ketika kita memasuki bulan Ramadhan (Bagi mereka yang merasa memilikinya) ada perasaan senang dalam diri kita bahwa dengan datangnya Ramadhan maka pintu surga terbuka lebar-lebar. Ketika  kita memasuki 10 terakhir dari bulan Ramadhan kita berusaha untuk meningkatkan ibadah kita di sisiNya. Namun Pernahkah kita membayangkan bahwa kehiudupan kita adalah suatu bilangan yang tidak pasti, berbeda dengan Ramadhan yang pasti datangnya setiap tahunnya.
Seandainya kita ketahui bahwa kehidupan kita adalah bilangan yang pasti maka pasti kita hanya lebih banyak memforsir ibadah kita hanya pada sepuluh akhirnya saja (entah ini benar atau tidak) tapi begitulah watak manusia.Kebanyakan  ketika kita memasuki hari H kita selalu disibukkan dari apa yang akan kita hadapi. Namun Allah berkehendak lain bahwa Kehidupan dan kematian adalah sesuatu yang tidak pasti kapan berakhir dan datangnya. Bila bulan Ramadhan yang pasti dan kirta tahu akan berakhirnya kita berusaha beribadah dengan giat pada sepuluh akhirnya namun kenapa kita tidak mempersiapkan yang lebih banyak pada akhir kehidupan dengan datangnya kematian yang berbilang namun tidak pasti kapan datangnya.
tanya pada hati nurani kita....  Kenapa???????????
Abu Hudzaifah Al Faruqy
Jembatan Kembar Sungguminasa, 7 Syawal 1432 H 03:12PM

Spesial yang mau W5H (Ta'aruf)


oleh Arif Zaenal Arifin pada 07 September 2011 jam 16:50
kemungkinan catatan kali ini hanya ingin menshare sebuah pengetahuan bagi para calon suami dan calon istri yang banyak dianggap asing bagi mereka yang baru mengenal islam yang sesungguhnya. walaupun hanya sebuah copas (copy Paste) Namun Ambil ilmunya saja.
Ta'aruf (bukan perkenalan biasa) yang akan mengantarkan dua orang insan kepada mahligai terindah dalam kehidupan manusia yaitu pernikahan. Namun Kebanyakan kita masih belum terlalu  mengetahui cara-cara ta'aruf yang baik. berikut ulasannya.
kiat-kiat ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah, :
1.Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
2.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.

3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.
Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir.

4.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran).
Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim tersebut.
5.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi.
6.Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
7.Tentukan waktu dan tempat pernikahan
Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan.
Semoga dengan menjalankan kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahu A'lam.
diambil dari Ta'aruf dengan sedikit tambahan

Satu Ayat Saja

oleh Arif Zaenal Arifin pada 17 Agustus 2011 jam 12:07

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Seputar perawi hadits :
Hadits ini diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Su’aid bin Sa’ad bin Sahm As Sahmiy. Nama kunyah beliau Abu Muhammad, atau Abu Abdirrahman menurut pendapat lain. Beliau adalah salah satu diantara Al ‘Abaadilah (para shahabat yang bernama Abdullah, seperti ‘Abdullah Ibn Umar, ‘Abdullah ibn Abbas, dan sebagainya –pent) yang pertama kali memeluk Islam, dan seorang di antara fuqaha’ dari kalangan shahabat. Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada peperangan Al Harrah, atau menurut pendapat yang lebih kuat, beliau meninggal di Tha’if.
Poin kandungan hadits :

hmm

Ku tuliskan sebuah planning kehidupan di atas sebuah semangat dan keyakinan bahwa "Man jadda maa wajada" siapa yg berusaha pasti dia akan mendapatkannya. Tetapi aku juga tidak boleh melupakan bahwa Allahlah pemegang mutlak dari penghapus dan pulpennya. 
Maka akan kuikhlaskan ketika Allah menghapus planningku dan menuliskan dengan planning yg MenurutNya terbaik buatku

Kamis, 11 Agustus 2011

Kalau Engkau Jantan, Nikahilah Aku !! (jangan cuma mengajak berpacaran !!!!!!)

Jika seorang pria tulus mencintai wanita tentu sang pria berharap sang wanita selalu selamat dan tidak mungkin sang pria secara sengaja mencelakakan wanita.

Kecuali jika sebenarnya hanyalah nafsu yang berkedok cinta maka bisa saja si pria tidak peduli dengan keselamatan wanita asalkan hasratnya terpenuhi, dia tak peduli apakah si wanita akan celaka atau tidak, yg penting dirinya senang.

Pacaran " Oh No"

Betul nggak, sih?
Apa iya, pacaran itu haram?

Cinta Itu Indah, Cinta Itu Anugerah

Duile … puitis banget. Tapi, cinta itu memang indah, kok. Dan cinta memang merupakan anugerah yang dikaruniakan Alloh SWT kepada manusia dan seluruh makhluk penghuni jagad ini. Dengan cinta, kehidupan manusia menjadi berwarna sehingga manusia merasa berbahagia.


Cinta memang bisa tumbuh dan bersemi kapan saja, di mana saja, dan bisa menimpa siapa saja. Kita baru sadar bahwa kita mencintai seseorang ketika kita sudah jatuh cinta. Kita tidak pernah tahu kapan awalnya, tiba-tiba kita sudah terlanjur cinta. Nggak ada tuh ceritanya cinta minta izin dulu kalau mau lewat atau singgah. Yang ada juga main nyelonong aja.


Witing Tresna Jalaran saka Kulina

Hmm … pasti sudah hafal banget, deh, sama pepatah Jawa yang satu itu. Yup! Kurang lebih artinya adalah asalnya cinta lantaran sering bersama. Dalam hal ini, cinta antara dua manusia, baik sesama jenis maupun berlawanan jenis, biasanya dikarenakan mereka ini sering bersama. Ke sekolah atau kampus atau tempat kerja bersama, belajar bersama, mengerjakan tugas bersama, makan bersama, jalan bareng ke mall, toko buku, nonton film, dan sebagainya.

Dari hubungan antarmanusia itu, kemudian muncul emosi yang saling mengikat satu sama lain. Emosi kemudian memunculkan rasa cinta dalam diri manusia.


Hari Gini Nggak Punya Pacar, Apa Kata Dunia?

Begitulah kira-kira anggapan anak muda zaman sekarang. Di mana-mana ada pacaran. Di kalangan masyarakat, anak-anak sekolah, mahasiswa, sampai lingkungan kerja. Pokoknya, di mana saja, deh. Bikin gerah ….

Parahnya, yang pacaran itu bukan hanya mereka yang terbiasa mengenakan you can see dan jeans ketat, yang hobi keluyuran di mall, atau mereka yang belum mengenal ajaran Islam. Di antara pelaku pacaran itu ada pula yang memakai kerudung dan berbusana muslimah. Mereka yang sebenarnya paham bahwa pacaran itu saudaranya zina, kok, tetap melakukannya. Miris, kan?

Memang, saat ini pacaran sudah dianggap sebagai tren. Sehingga jika ada yang tidak berpacaran, akan dianggap aneh. Ditambah lagi dengan pemberitaan media, baik cetak maupun elektronik, yang mengekspos pacaran. Berita seputar gosip artis, sinetron, dan reality show yang mengusung, mendorong, mengompori, bahkan memfasilitasi supaya orang berpacaran. Gila nggak tuh?

Makna cinta pun bergeser menjadi sebatas pacaran saja. Atas nama cinta, jadi longgarlah batasan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan dalih cinta, nafsu diumbar bukan pada tempatnya. Mulai dari bertatapan, terus pegangan tangan, terus berpelukan, terus berciuman, terus, terus, terus (kayak tukang parkir) kebablasan, deh. Antara makna cinta dengan nafsu menjadi bias.

Padahal, cinta itu suci, cinta itu murni. Mengapa cinta dijadikan kedok untuk menyamarkan nafsu kebinatangan manusia?


Pacaran = Pengecut

Lho, kok, bisa?

Iya, dong. Kalau pacaran, kan, bisa senang-senang saja, diambil manis-manisnya saja. Kalau nanti sudah asam, apalagi pahit, tinggal putus saja. Seperti kata pepatah, habis manis sepah dibuang. Tebu, dong!

Hubungan macam apa itu? Seenaknya saja putus nyambung putus nyambung (jadi kayak lagu). Itu mempermainkan perasaan orang lain. Jahat tahu! Bikin orang lain sakit hati. Belum lagi yang suka gonta-ganti pacar. Astagfirullah ….

Berbeda dengan pernikahan yang disertai tanggung jawab. Ketika mengarungi bahtera rumah tangga, mereka merasakan kebahagiaan bersama. Lalu, ketika timbul masalah, mereka akan menghadapinya bersama pula. Ibarat kata, susah senang ditanggung bersama.

Ketika menikah, pasangan melakukan perjanjian yang agung dengan Alloh SWT. Tidak sekadar nembak seperti orang pacaran. Jadi, menikah itu menuntut tanggung jawab yang besar. Orang yang tidak mau menikah dan hanya mau pacaran, berarti dia pengecut.

Mungkin ada yang beranggapan begini, “Kami mau melakukan penjajakan dulu. Nanti dululah menikah. Kenapa harus buru-buru? Agresif banget, sih. Jadi orang yang sabar, dong.”

Eits, tunggu dulu! Nggak salah tuh? Justru orang yang berpacaran itu yang agresif dan tidak sabaran. Sampai-sampai, tidak bisa mengendalikan nafsunya sendiri. Buktinya, belum berani menikah, kok, mau pegang-pegang anak orang? Kelihatan, kan, nafsunya lebih gede ketimbang otaknya?

Lagi pula, mungkin saja pasangan yang berpacaran itu merasa bahwa mereka sedang berusaha saling memahami. Tapi, yang terjadi sebenarnya tidaklah demikian. Kenyataannya, orang yang pacaran itu berusaha tampil lebih baik dari yang sebenarnya. Memang tidak ada salahnya memperbaiki diri, malah bagus itu. Tapi, kalau kita lantas menjadi sosok yang bukan diri kita, itu berarti kita sedang membohongi diri kita sendiri. Konyol, kan?

Yang lebih parah adalah ketika terjadi pergeseran orientasi dalam setiap perbuatan dan aktivitas kita. Kita jadi rajin shalat, puasa, pemberani, tekun belajar, giat bekerja, dan lain-lain bukan karena Alloh lagi, melainkan karena si dia. Nah, lho? Kalau semua karena si dia dan untuk si dia, lantas yang kita simpan buat bekal di akhirat apa, dong?

Idealnya, kita berusaha menjadi manusia yang senantiasa memperbaiki diri, baik itu ada si dia maupun tidak. Seluruh perbuatan kita semestinya hanya karena Alloh SWT. Tapi, selama kita masih pacaran, kayaknya hampir mustahil untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya.

Teman, ketika seseorang berpacaran, yang tampak adalah yang indah-indah dan baik-baik saja. Setelah menikah, baru kelihatan sisi negatif pasangannya. Jadinya, kecewa. Berbeda dengan pasangan yang menikah tanpa pacaran, mereka akan tampil apa adanya. Sisi positif dan negatif akan tampak secara lebih obyektif.


Jadi???

Sebenarnya, tidak ada salahnya, kok, kalau kita memiliki rasa tertarik terhadap lawan jenis. Itu normal. Justru tidak normal jika kita memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis. Na`udzubillahi min dzalik.

Al-Quran pun mampu memberikan jawaban atas fenomena ini.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran: 14).

Jadi, memang sudah fitrah setiap manusia untuk memiliki cinta. Karena sumber dari segala sumber cinta adalah Alloh, maka awal dari setiap rasa cinta dan kepada siapa pun rasa cinta itu, harus tetap berpangkal pada-Nya.

Teman-Teman tentu pernah mendengar ungkapan ini, kan? Ana uhibbuki fillah (kalau diucapkan pada laki-laki menjadi ana uhibbuka fillah), yang artinya aku mencintaimu karena Alloh.

Nah, dalam urusan cinta ini, Alloh telah memasang rambu-rambu yang jelas. Misalnya, dalam pergaulan dengan lawan jenis.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra`: 32).

Coba, deh, Teman-Teman baca, resapi, dan pahami kalimat Alloh tersebut. Sedetik, dua detik, tiga detik ….


Yup! Alloh tidak hanya melarang kita berbuat zina, tetapi juga melarang kita mendekati zina. Pacaran sendiri jelas-jelas menjurus ke arah perbuatan zina. Buktinya, banyak yang hamil di luar nikah gara-gara pacaran.

Jadi …


PACARAN = MENDEKATI ZINA = TIDAK BOLEH = HARAM

Lagi pula, dalam berpacaran, sepasang manusia berbeda jenis ini tidak akan lepas dari aktivitas berpelukan (mau nyaingin teletubbies, nih, ceritanya …), berciuman, atau paling tidak berpegangan tangan dan bertatapan. Hayooo, ngaku …!

Dan tahukah, Teman-Teman, bahwa semua itu sudah termasuk zina. Jadi, zina itu bukan making love saja.

Simak, deh, hadits berikut.

“…. Zina mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan. Zinanya hati adalah ingin dan berangan-angan ….” (HR. Muslim dan Abu Hurairah).

Jadi …

PACARAN = HARAM

Lantas, apakah tidak boleh berteman dengan lawan jenis? Apakah berteman harus dengan sesama jenis saja?

Teman, tidak ada yang salah dengan yang namanya bergaul. Siapa, sih, manusia yang bisa hidup sendirian? Setiap orang pasti ingin mempunyai teman. Karena menurut pelajaran kewarganegaraan (dulu PPKn, dulunya lagi PMP), manusia adalah makhluk sosial.

Bahkan, Alloh Swt berfirman:

“Hai, manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal ….” (Al-Hujurat: 13).

Jadi, bergaul dengan siapa saja, mah, sah-sah saja, atuh. Seperti yang Alloh firmankan, manusia memang diciptakan ada dua jenis, laki-laki dan perempuan. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak mungkin berteman dengan laki-laki saja atau perempuan saja.

But …, ada yang perlu diperhatikan ketika kita berteman dengan lawan jenis. Apaan tuh? Jaga jarak aman, dong! Cukup berteman biasa saja. Kita berhubungan dan bergaul sebatas keperluan yang penting-penting saja pada setiap kondisi. Oke?


Mutusin Doi? Hiks, Hiks, Hiks …
Kita sudah membicarakannya bersama-sama dan dengan baik-baik (kayak musyawarah saja). Kita juga sudah sama-sama tahu dan sepakat (yang tidak sepakat, awas! hehehe …) bahwa PACARAN ITU HARAM. Jadi, jauh-jauh, deh, sama yang namanya pacaran.

Nah, bagi yang terlanjur pacaran, mesti bagaimana? Tidak perlu bingung. Stop pacaran dan bertaubat kepada Alloh SWT yang telah menciptakan kita.

Biar lebih ngeh, ini dia langkah-langkah yang mungkin bisa Teman-Teman tempuh dalam rangka memutuskan si doi.

1. Cari tahu manfaat dan kerugian pacaran. Dengan mengetahui dan menyadari kerugian-kerugian yang akan dan mungkin akan ditimbulkan oleh aktivitas pacaran, Teman-Teman akan lebih mudah untuk memutuskan si doi.

2. Bertekad kuat. Kalau sudah bertekad untuk putus hubungan dengan nyamuk, eh, maksudnya putus sama doi, Insya Alloh tinggal pelaksanaannya saja. Karena itu, Teman-Teman membutuhkan lingkungan yang mendukung tekad itu. Salah satunya bisa dengan bergaul bersama orang-orang yang selalu mengingatkan kita pada kebenaran dan kebaikan.

3. Katakan putus pada si dia

“Kita putus!”
“Kenapa?”
“Pokoknya, kita putus. Pacaran tuh dosa, tahu!”

Waduh! Tentu saja tidak perlu sesadis dan sekejam itu dalam mengatakan kata putus. Katakanlah baik-baik bahwa dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Ada, sih, tapi nanti setelah menikah.

Memang hal ini berat untuk dijalani. Tapi, lebih baik berat sekarang daripada berat nantinya, MBA misalnya. Lebih berat lagi, ketika kita harus mempertanggungjawabkannya di akhirat. Iya, kalau di dunia, sih, kita masih bisa ngeles-ngeles karena begini, karena begitu, karena faktor ini, faktor itu. Nah, kalau di akhirat, mana mungkin?

Kalau si doi tidak mau menerima, santai sajalah. Dia, toh, bukan suami/istri dari Teman-Teman. Dia cuma pacar. Dan pacaran itu hubungan yang ilegal. Kalau yang legal namanya pernikahan.


Sadis bin kejam, ya?

Begini, deh. Pertama, batasi pertemuan dengan sang mantan. Terus, kurangi intensitas SMS dan telepon. Insya Alloh, lama-lama perasaan di antara kalian akan memudar. Jangan khawatir. Kalau memang jodoh, tidak akan lari ke mana, kok.

Nah, Teman, jangan sedih gara-gara ditinggal pacar atau karena meninggalkan pacar. Dunia ini bukan hanya milik kalian berdua saja. Coba tengok saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Mereka kehilangan harta, tempat tinggal, bahkan orang-orang yang mereka kasihi. Ayah, ibu, anak, kakak, adik, tetangga, serta sanak famili. Kayaknya, putus sama pacar nggak ada apa-apanya, deh, dibandingkan dengan penderitaan mereka. So, don`t be sad!

Teman, jangan takut dan cemas kalau tidak punya pacar. Sudah terbukti bahwa pacaran tidak menjamin seseorang menemukan jodoh terbaik mereka. Berbahagialah kita yang ikhlas menjadi jomblo karena Alloh.

Bukankah rezeki, jodoh, dan ajal sudah ditetapkan oleh Alloh? Kita percaya pada Alloh, kan? Ketika kita bersikeras untuk pacaran demi mendapatkan jodoh yang pas, berarti secara tidak sadar, kita sudah meragukan janji Alloh tersebut.

Kita memang harus berusaha untuk mencari jodoh yang terbaik, tapi bukan dengan pacaran caranya.

Jadi, kalau kita ingin mendapatkan jodoh yang terbaik, tentu dari sekarang kita harus memperbaiki diri terlebih dahulu.

Tak lupa kita juga harus senantiasa memohon kepada Alloh agar selalu berada dalam lindungan-Nya.

“Ya Alloh, aku berlindung pada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, dari hati yang tak pernah tenang, dari doa yang tak didengar, dan dari nafsu yang tak pernah kenyang.” (HR. An-Nasai).



So, mulai sekarang, kita ganti statement-nya menjadi:

HARI GINI MASIH PACARAN, APA KATA DUNIA???
sumber:
http://riyad-afif.blogspot.com/2010/11/pacaran-itu-haram-betul-ngga-siih.html

Shalat Taubat dan Syaratnya


Tanya:
Apakah ada shalat taubat? Tolong sebutkan syarat-syarat orang yang bertaubat?

Dari Ali -radhiallahu anhu- dari Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Tidaklah seseorang melakukan perbuatan dosa lalu di bangun dan bersuci, kemudian mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon ampunan kepada Allah melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya.” (HR. At-Tirmizi, Abu Dawud dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh Asy-Syaikh Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmizi I/128)
Hadits di atas dijadikan dalil oleh para ulama akan adanya shalat sunnah taubat, sebagaimana yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul dalam kitabnya Bughyatul Muthathawwi’ fii Shalat at-Tatawwu’.
Dan hadits ini juga didukung oleh keumuman firman Allah Ta’ala,“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”(QS. Ali Imran : 135)
Mengenai jumlah rakaatnya tidak ada dalil yang menjelaskannya. Sehingga jumlah rakaatnya seperti Sholat - sholat sunnah pada umumnya. Wallahu A'lam. 
Adapun syarat diterimanya taubat, maka Asy-Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi -hafizhahullah- menyebutkan ada delapan, yaitu:
1. Taubatnya harus ikhlas, hanya mengharapkan dengannya wajah Allah. Taubatnya bukan karena riya, bukan pula karena sum’ah (keinginan untuk didengar) dan bukan pula karena dunia.
2. Berlepas diri dari maksiat tersebut.
3. Menyesali dosa yang telah dia kerjakan tersebut.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi maksiat tersebut.
5. mengembalikan apa yang kita zhalimi kepada pemiliknya, kalau kezhalimannya berupa darah atau harta atau kehormatan.
Kami katakan: Maksudnya kalau kita menzhalimi seseorang pada darahnya, harta atau kehormatannya, maka kita wajib untuk meminta maaf kepadanya dan meminta kehalalan darinya atas kezhaliman kita.
6. Bertaubat sebelum roh sampai ke tenggorokan (sakratul maut).
7. Siksaan belum turun menimpa dirinya.
8. Matahari belum terbit dari sebelah barat.
[Fawaid Ammah 5 dari www.shrijhi.com]
Wallahu a’lam.