Tingkatan seorang muslim

Seorang Muslim hendaknya berilmu sebelum mengamalkan apa yang ia ketahui, kemudian mendakwahkannya

Keutamaan Shalat Isroq

Setiap muslim tentunya menginginkan pahala yang besar dari setiap ibadahnya, salah satunya shalat isroq yang dilalaikan pada saat ini

Tips menghafal Al Qur'an bagi orang sibuk

Kurangnya pengetahuan kita mengenai manajemen waktu membuat kita belepotan dalam menghafal.

Bunga Yang Istimewa Hanya untuk Yang Istimewa

Allah telah menjamin bagi orang-orang yang selalu memperbaiki diri, dengan pasangan yang memperbaiki diri. begitu juga yang Istimewa sebagaimana diibaratkan cermin

Tips Menjemput Jodoh

Jodoh adalah persoalan yang sensitif bagi ereka yang merasa berumur, mari mempersiapkan diri

Jumat, 27 Februari 2009

KISAH 2

Jangan Remehkan Perbuatan Baik yang Kecil

eramuslim - Seorang teman yang sangat menyukai musik pernah berkata, bahwa musik bisa membuat perasaan menjadi halus dan peka. Saya percaya dengan apa yang
dikatakannya,karena saya melihat muka ramah dan ceria yang dimiliki Pianis Richard Clayderman atau Saxophonis Kenny G. Di foto-foto mereka kesan ramah dan
bersahaja selalu melekat pada wajah mereka.

Tapi pandangan saya terhadap perkataan teman berubah setelah saya beberapa kali bertemu dengan guru piano murid saya. Kesan tidak ramah sudah saya rasakan pada
saat pertemuan pertama, tapi berhubung saat itu sang guru piano sedang kewalahan menaklukan murid saya yang susah berkonsentrasi belajar jadi saya anggap sang
guru tidak mempunyai waktu untuk memberikan air muka yang menyejukkan untuk menjawab salam saya. Tetapi pertemuan selanjutnya benar-benar meruntuhkan
anggapan teman saya bahwa musik bisa membuat orang menjadi halus dan peka. Halus bagi saya sudah termasuk halus budi dan akhlak tentunya.

Dalam perjalanan pulang, saya menanyakan sikap guru piano kepada Pak Jam, supir pribadi murid yang selalu mengantarkan sepertiga perjalanan pulang saya, saya
tanyakan hal itu karena saya takut ketidakramahan sikap guru piano hanya tertuju pada saya seorang, teryata Pak Jam mengamini bahwa sang guru piano memang
seperti itulah keadaanya, susah senyum dan arogan.

Lalu saya teringat guru organ murid saya yang lain atau senior saya yang juga sama mengajar musik, ya saya ingat mereka juga berair muka sama.
Ah, saya salah jika saya menyalahkan anggapan teman saya di atas tentang musik. Tidak semua para pemusik seperti guru piano murid saya kan? Buktinya musisi
kaliber dunia yang saya sebut di atas jauh dari kesan arogan. Juga teman saya yang musisi pun memang memiliki hati yang lembut dan murah senyum.
Saya pikir mungkin sang guru piano kurang menghayati, memahami dan menyerap inti dari musik yang dia mainkan selama ini, sehingga alunan-alunan nada yang
dibawakannya tidak membekas dalam hatinya.

Tentu saja penghayatan, pemahaman, penyerapan inti dan yang tidak kalah pentingnya pengamalan sesuatu tidak hanya ditujukan bagi dunia permusikan saja,
tapi juga dalam segala hal. Demikian pula dengan Islam. Islam bukanlah hanya sesuatu untuk dipelajari saja tetapi lebih untuk diamalkan.

Tidak jarang ketika saya bertemu dengan sesama muslim saya tersenyum dan mengucapkan salam hanya karena saya ingin menjalankan pesan nabi bahwa senyum
itu sedekah, tapi sayang sekali balasan yang saya dapatkan bukanlah ucapan salam kembali. Ketika saya jalan berpapasan ada yang malah membuang pandangan, malah
ada juga yang ketika melihat saya tersenyum, orang yang bersangkutan memperlihatkan muka heran. Mungkinkah karena pakaian muslimah saya yang berbeda
yang menyebabkan saudara-saudara saya bersikap seperti itu?

Dilihat dari segi penampilan, seharusnya mereka lebih mengetahui bahwa keramahan adalah bagian dari akhlak Islam. Ada beberapa hadist yang menyebutkan tentang
keutamaan akhlak. Dua hadist riwayat Bukhari Muslim, "Sebaik-baiknya manusia adalah yang terbaik akhlak budi pekertinya", "Sebaik-baik kamu ialah yang
terbaik akhlak budi pekertinya".

Betapa besar arti sebuah senyuman dan keramahan. Dari sebuah senyuman dan keramahan, seorang dokter bisa membantu mempercepat penyembuhan pasien, karena
kondisi psikologis yang senang dan nyaman bisa mempercepat penyembuhan. Dari sebuah senyuman dan keramahan, seorang guru bisa membangkitkan semangat murid
untuk belajar, karena dalam suasana hati yang senang biasanya otak seseorang bisa bekerja sehingga murid bisa belajar dengan relax tanpa adanya tekanan.
Intinya, sebuah senyuman memberikan sejuta manfaat bagi orang yang menerimanya. Inilah makna dari hadist nabi "Jangan meremehkan perbuatan kebaikan sesuatupun,
walau sekadar menyambut kawan dengan muka yang manis."

Kalau hanya dengan musik saja orang bisa bersikap lembut dan murah senyum, masa kita sebagai seorang muslim/muslimah tidak bisa membuat sikap akhlak yang kecil
ini menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari?
Iswanti
Onetea03@yahoo.com

KISAH

Anugrah Terindah dari Sebuah Kesabaran

eramuslim - Pagi ini kubaca email pertama dengan penuh gembira dan haru
sekaligus. Subhanallah!Allahu Akbar! Janji Allah itu memang nyata bagi
orang-orang yang senantiasa sabar dan bertakwa. Email itu berjudul: The twins
are coming !!!!Sebuah berita kelahiran, yang mungkin akan jadi biasa-biasa saja
bila itu tidak ditunggu setelah 13 tahun menanti datangnya sang buah hati
tercinta.

Secara pribadi saya tidak cukup kenal dengan Ustadz Joban, Imam Masjid Olympia,
Seattle, USA, ayahanda dua bayi kembar seorang calon mujahid dan mujahidah.
Meski untuk beberapa kesempatan yang lalu sehubungan dengan amanahku di
koordinator Imsa-sister beberapa kali sempat bersilaturahmi kepada
beliau. Seorang ustad asal Indonesia yang dikenal di Amerika dan Canada sini
sebagai salah seorang ustadz yang sepak terjang aktivitasnya salah satunya
sebagai pembimbing kerohanian di penjara-penjara US negara bagian
Washington. Namun cerita beliau yang belum dikaruniai buah hati setelah 13 tahun
pernikahannya, cukup sering kudengar dari teman-teman disini. Sehingga nampak
begitu menakjubkan bagiku karunia yang Ustadz Joban dan istri terima dari Allah,
setelah sekian lama masa penantian. Pada akhirnya Allah memberikan anugrahnya
kepada hambanya yang sholeh dan sholihat itu dengan kedatangan sang twins,putra
dan putri, setelah 13 tahun pernikahan. Subhanallah. Allah tidak hanya
memberikan satu, tetapi dua, dan sepasang pula, sempurna!

Begitulah bila Allah berkehendak, sebuah kesabaran dan ketakwaan dari
hamba-hambaNya itu berbuah balasan Allah dengan sebuah balasan yang sungguh tak
terhingga, pun ketika masih di dunia.Apalah lagi nanti di akherat, janji Allah
itu pasti akan terbalas dengan yang lebih berlipat-lipat juga kepada para
hambaNya yang juga senantiasa teguh dalam kesabaran dan ketakwaannya..
Membaca dan kemudian merenungi anugrah itu ,tiba-tiba seperti terbayang di
depanku gambaran "cerita" Allah tentang Nabiyullah Zakariya dalam Kitabullah
Al-Qur'an..Yang Allah uji dengan ketidak adaan buah hati hingga masa udzurnya,
dan istrinya yang dinyatakan mandul. Namun berkat kegigihan beliau bermunajat
kepada Allah dengan penuh roja' (harap) dan khouf (takut),dan senantiasa
menyegerakan perbuatan baik, Allah menganugrahi pula buah hati yang tiada
dinyana-nyana akan kehadirannya, Nabiyullah Yahya.

Sebuah pelajaran yang berharga tentunya buat para saudara-saudariku yang telah
lama mendambakan kehadiran buah hati, bahwa tiada pernah ada kata menyerah!
Kalaulah Allah berkehendak, semuanya mungkin terjadi. Allah Maha Mengetahui
kesiapan hamba-hambaNya. Tetaplah berbaik sangka kepada Allah, bahwa apa yang
Allah kehendaki pasti akan terjadi.Teruslah bermunajat dalam roja' (harap) dan
khouf (takut) kepada Allah sebagaimana Nabiyullah Zakariya, insya Allah buah
hati yang didamba akan melengkapi kebahagiaan keluarga.Dan senantiasalah
bersabar dalam ketakwaan,usaha diiringi do'a.Sang Robbul Izzati insya Allah akan
menerima.

*teruntuk sahabat-sahabatku yang sedang menantikan kehadiran buah hati: Don't
ever give up!

Ummu Itqon
2540 maynard st. apt#104 Halifax, NS B3K 3V5 Canada

Selasa, 24 Februari 2009

TUMAPPIGORA


Tumappigora adalah singkatan dari Tata Ukhuwah Mahasiswa Pemuda Pelajar Islam Gowa bersejarah yang mana organisasi ini adalah organisasi yang independen untuk memperjuangkan Ad-Diin ini. Organisasi ini juga beranggotakan yang rata-rata mahasiswa dan berjuang untuk mencetak generasi yang Guraba Yang siap membawa umat ini menuju kemuliaan yang mana sekarang dinahkodai oleh Abu Ubaidillah yang mempunyai kompatibel dibidangnya dan organisasi ini yang akan membawa pemuda Gowa menjadi generasi Qurani.Insyaallah

Terbaru

Khutbah Jum’at Seragam Wahdah Islamiyah

TANAH AL-AQSHA TELAH MEMANGGIL KITA!


Catatan: Setelah muqaddimah bahasa Arab, harap langsung membaca teks khutbah berikut tanpa berbasa-basi!

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Bersyukurlah pada Allah, karena hari ini kita dapat melangkahkan kaki ke Rumah Allah ini dengan penuh ketenangan dan keamanan.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat kita duduk bersimpuh di sini, tidak ada gempuran misil dan roket yang kita tunggu-tunggu untuk meluluhlantakkan Rumah Allah ini.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat kita khusyuk dalam penghambaan ini, kita tidak berharap-harap cemas menanti berita anak-istri kita di rumah telah tewas akibat rumah kita hancur berkeping-keping oleh serangan rudal tak terduga.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat nanti kita meninggalkan mesjid ini, masih akan ada hidangan makan siang yang tersaji di meja makan kita. Masih ada tempat bernaung yang aman. Masih ada tawa canda buah hati kita. Bahkan kita masih sempat-sempatnya mengatur agenda liburan akhir pekan dengan alasan mengusir penat dan stres.
Subhanallah...betapa banyak nikmat dari Allah yang harus kita pertanggungjawabkan di Hari Kiamat. Ingatlah selalu bahwa setiap detail nikmat itu kelak akan ditanyakan oleh Allah Azza wa Jalla, Jamaah sekalian...

Sekarang, Jamaah sekalian...
Bayangkanlah, jika kota kita ini menjadi sebuah kota yang diisolir dari seluruh penjurunya. Lalu tiba-tiba terdengar suara pesawat-pesawat jet tempur terbang berputar-putar di atas atap rumah tempat istri kita menyiapkan makan siang, atap mesjid kita ini, atap kantor kita, atap tempat anak-anak kita bersekolah dan bermain, lalu tanpa kita duga, pesawat-pesawat itu melepaskan rudal-rudalnya tepat menghunjam ke arah kita...ke arah anak-anak kita...dan tiba-tiba saja, kita hanya mendengar berita anak-anak kita terluka, anak-anak kita telah tewas akibat gempuran rudal-rudal itu...
Bayangkanlah, jamaah sekalian...jika sebentar sore saat kita pulang ke rumah, kita hanya menemukan rumah tempat bernaung kita telah berubah menjadi puing-puing...
Bayangkanlah, jika di antara puing-puing itu ada ayah-bunda kita, ada istri tercinta kita, ada bayi mungil kita bersimbah darah...tubuhnya remuk-hancur dan tak bernafas lagi...
Bayangkanlah, jika malam ini kita hidup dalam gelap-gulita, tak ada tempat bernaung, tak ada makanan, tak ada minuman, tak ada pakaian hangat untuk mengusir dingin, dan tak ada keluarga tempat berbagi duka lagi...
Lalu bayangkanlah...jika itu semua kita lalui dan pesawat-pesawat tempur itu tak juga menghentikan gempurannya...bahkan tidak hanya itu, mereka justru diperkuat dengan tank-tank dan pasukan darat untuk menghancurkan, membombardir, dan membinasakan kita semua...
Dan bayangkanlah, bagaimana perasaan hati Anda, jika dengan semua penderitaan tiada tara itu, ternyata tak seorang pun peduli dengan kita...Seluruh dunia seakan diam membisu seolah-olah tak terjadi apa-apa di kota ini...
Kira-kira, jamaah sekalian, seperti apa perasaan hati Anda semua jika Anda mengalami semua penderitaan dan kebiadaban itu??!

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Anda sekalian pasti telah paham bahwa itulah situasi dan kondisi yang dialami oleh saudara-saudara kita, atau katakanlah ”keluarga kita” kaum muslimin di bumi Palestina. Dan melalui mimbar yang mulia ini, kita semua harus tahu bahwa apa yang dilakukan oleh Bangsa Kera dan Monyet bernama Israel terhadap saudara-saudara kita di sana tidak lain karena mereka-saudara-saudara kita itu-mengikrarkan La ilaha illahllah Muhammad Rasulullah!
Peristiwa biadab ini semakin membuka mata hati kita tentang siapa sesungguhnya penjahat dan teroris kemanusiaan itu! Peristiwa ini semakin memperjelas apa yang telah ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Dan tidak akan rela orang-orang Yahudi dan tidak pula Nasrani hingga engkau mengikuti agama mereka…”
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
“Dan mereka akan terus memerangi kalian hingga mereka memurtadkan kalian dari agama kalian, jika mereka mampu…”

Kaum muslimin sekalian!
Ini semua baru awal dari pertempuran sesungguhnya. Ingatlah bahwa kita telah berada di akhir zaman. Kelak akan ada pertempuran yang lebih dahsyat dari ini dimana Allah akan memenangkan mereka yang mentauhidkan-Nya dan mengikuti sunnah Nabi-Nya!

Maka sekarang, jamaah sekalian...tidak cukup bagi kita untuk sekedar mengutuk, menyayangkan atau meneteskan air mata. Sekarang, Tanah al-Aqsha memanggil kita untuk kesekian kalinya...Tanah al-Aqsha menuntut tindakan nyata dari kita semua untuk ikut berperan serta membebaskan tanah suci ketiga Umat Islam itu dari cengkraman Zionis Israel!
Maka apa tindakan kita semua? Apa yang harus kita lakukan?!


KHUTBAH KEDUA

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Melalui mimbar Jum’at ini, kami wasiatkan kepada kita semua untuk melakukan perlawanan dan jihad membebaskan bumi Palestina melalui hal-hal berikut:
1.Menyiapkan diri pribadi kita masing-masing dengan bekal iman dan ilmu yang shahih serta ibadah yang sebaik-baiknya kepada Allah. Sebab hanya dengan inilah semua upaya perjuangan kita akan bernilai jihad fi sabilillah. Kita harus memperbanyak jumlah tentara-tentara Allah dengan mulai mengikrarkan diri kita masing-masing sebagai tentara Allah yang memiliki iman yang kuat, ilmu yang shahih dan ibadah yang berkualitas.
2.Mulailah mengkampanyekan ”Peduli Masjid al-Aqsha” pada setiap muslim dan muslimah yang ada di sekitar kita, yang tentu saja dimulai dari keluarga dan kerabat kita. Tanamkan kerinduan untuk mengunjungi Masjid al-Aqsha di Palestina sebagaimana kita rindu untuk selalu datang ke Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah, karena inilah tiga tanah suci Umat Islam!
3.Mulailah menyisihkan dana dan harta Anda sesedikit apapun untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina. Mereka butuh makanan, minuman, obat-obatan dan juga senjata untuk menghadapi gempuran teroris Israel. Dan itu, insya Allah, dapat kita mulai seusai menunaikan shalat Jum’at ini.
4.Gencarkan kembali gerakan boikot terhadap produk-produk Israel dan produk-produk yang memberikan dukungan terhadap negara itu. Ingat selalu bahwa setiap rupiah yang Anda belanjakan untuk produk-produk semacam itu akan digunakan untuk menyiapkan peluru dan bom yang membunuh umat Islam di bumi Palestina.
5.Dan akhirnya, senjata pamungkas kaum beriman yang bernama DOA. Doakan, doakan dan doakan mereka, Jamaah sekalian...Jangan pernah putus doa kita kepada Allah untuk menyegerakan pertolongan untuk saudara-saudara kita di sana.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Sekali lagi, hari ini, Tanah al-Aqsha telah memanggil kita. Dan saya telah menyampaikan peringatan ini kepada Anda sekalian. Maka kelak di akhirat, kita akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita dengar hari ini. Demi Allah! Kita pasti akan ditanya: apa yang telah engkau lakukan untuk membantu mereka di Palestina? Apa yang telah engkau lakukan untuk membebaskan Mesjid al-Aqsha?
Maka sudah siapkan kita menjawabnya??!

Doa Penutup

Mengapa Kita Terhina

Written by kontributor   
Wednesday, 14 January 2009 07:13
Musibah dan problematika yang menghantam suatu negeri adalah suatu kemestian yang telah ditetapkan oleh Allah dan ketetapan ini berlaku untuk setiap negeri yang diutus padanya seorang rasul. Allah Subhanahu Wata’ala menjelaskan dalam salah satu ayatnya: "Dan tidaklah Kami mengutus seorang Nabipun kepada suatu negeri (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan akan kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri." (Al-A'raf: 94)
Hari-hari ini kita terus menyaksikan dan meratapi saudara-saudara kita dibantai satu per satu oleh kaum Yahudi. Kita hanya bisa berteriak, marah, protes, dan menggalang dana bantuan. Itulah yang bisa kita lakukan. Kita terhina, dan tidak berdaya menghadapi kondisi yang memilukan ini. Sama dengan nasib bangsa kita yang ratusan tahun dijajah oleh bangsa-bangsa mini. Mengapa umat Islam yang jumlahnya sekitar 1,5 milyar jiwa tidak berdaya menghadapi kekejaman dan kebiadaban Zionis-Yahudi yang jumlahnya hanya beberapa juta saja. Perlu kita renungkan, bahwa jumlah kaum Yahudi di seluruh dunia hanyalah sekitar 14 juta jiwa. Dalam data Wikipedia disebutkan jumlah populasi : Kristen : 2.1 milyard, Islam : 1.5 milyard, Hindu : 900 juta, Buddha : 376 juta, Yahudi : 14 juta (wikipedia.org, 2007).

Dunia mengutuk kekejaman Zionis Israel. Namun, Israel tidak peduli. Mereka merasa kuat karena jelas-jelas didukung oleh negara adikuasa AS dan sekutu-sekutunya. Sistem PBB sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak bisa merugikan kepentingan Israel. Jika sebelumnya banyak yang menaruh sedikit harapan pada Obama, maka harapan itu kini mulai sirna. Barack Obama ternyata tak beda dengan Presiden AS lainnya yang menempatkan Israel sebagai sekutu utamanya. Kita pesimis, jika melihat sikapnya selama ini terhadap Israel. Semuanya itu tidak lepas dari ketetapan Allah di atas. Demikian pula halnya dengan bangsa dan kaum muslimin di Indonesia pada saat ini mendapat musibah yang menyesakkan, kesempitan, kekurangan, problem hukum, keamanan, pemerintahan, serta krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Namun demikian, tidaklah Allah Subhanahu Wata’ala menetapkan suatu ketentuan melainkan dengan sebab. Maksudnya Allah tidak akan menimpakan suatu malapetaka pada suatu negara melainkan dengan sebab. Jika kita mau adil dan jujur dalam mengoreksi kehidupan kita dan kaum muslimin pada umumnya, maka kita akan menemukan faktor utama penyebab realita ini. Allah Subhanahu Wata’ala Berfirman: “Katakanlah (wahai Muhammad): Jika bapak-bapak kalian, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kalian usahakan, dan perdagangan yang kalian khawatirkan kebangkrutannya serta rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan (dari) jihad fi sabilillah, tunggulah hingga Allah timpakan adzabnya, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24), Ibnu Katsir berkata: “Jika semua perkara ini lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya (tunggulah), yakni tunggulah adzab apa yang akan ditimpakan oleh Allah kepada kalian.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun telah mensinyalir akan adanya musibah yang akan menimpa kaum muslimin yang tidak patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, beliau bersabda: "Apabila kalian telah berjual- beli dengan 'inah (riba), dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi kalian, cinta kepada pertanian (dunia), dan kalian meninggalkan jihad fi sabilillah, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan tidak akan menghilangkannya sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud dan lain-lainnya dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah No. 11)

Perhatikanlah, Allah dan Rasulullah telah menegaskan faktor utama yang menyebabkan musibah ini adalah karena mereka telah meninggalkan agama mereka, karena mereka terlalu mencintai dunia, dan kenyataannya memang demikian. Kehinaan yang dialami oleh umat Islam adalah karena umat Islam telah melalaikan agama mereka dan hanya menjadikannya sebagai identitas belaka, Sabda Nabi: Apabila kalian telah berjual-beli dengan 'inah mengisyaratkan salah satu jenis mu'amalat yang mengandung riba dan mengakal-akali syari'at. Kita lihat berapa banyak kaum muslimin pada saat sekarang ini yang tenggelam dalam riba dengan segala macam bentuknya. Bahkan sebagian sengaja mengakal-akali agar tidak terkesan riba. Kemudian sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: mengambil ekor-ekor sapi kalian, cinta kepada pertanian, yakni cinta kepada dunia dan condong kepadanya serta tidak mempedulikan dan mengabaikan syari'at beserta hukum-hukumnya. Sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: dan kalian meninggalkan jihad merupakan akibat cinta dunia. Dan ini tidak berarti hanya jihad saja, melainkan termasuk juga kewajiban-kewajiban syari'at yang lain. Maka berapa banyak kaum muslimin sekarang ini yang meninggalkan shalat, zakat, shaum, dan lainnya tanpa merasa bersalah dan berdosa bahkan melakukannya dengan sengaja.

Apabila kaum muslimin telah berada dalam keadaan seperti itu maka ditimpakanlah kepada mereka apa yang berhak ditimpakan. Dan jadilah mereka dalam keadaan hina diliputi fitnah dan musibah. Teranglah sekarang bahwa berbagai musibah -baik yang menimpa pribadi maupun masyarakat- berupa kesempitan, kekurangan, krisis moneter atau kekacauan, itu semua disebabkan maksiat mereka kepada Allah, mengabaikan perintah-perintah-Nya, serta lalai dan lengah terhadap syari'at-Nya, sehingga mereka menggunakan hukum selain hukum Allah Subhanahu Wata’ala. Padahal Allah lah yang menciptakan mereka. Allah lebih sayang kepada mereka daripada sayangnya orangtua kepada anaknya, dan Allah lebih tahu tentang mashlahat mereka daripada mereka sendiri.

Kebanyakan manusia menyandarkan segala musibah, baik krisis moneter atau kekacauan keamanan dan politik kepada sebab-sebab materi semata. Tidak diragukan lagi bahwa ini menunjukkan kedangkalan pemahaman mereka, kelemahan iman dan kelalaian mereka mengkaji Al-Qur'an dan sunnah rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ada sebagian orang di sana yang memiliki ghirah (semangat) yang besar yang menghendaki kemuliaan dan kejayaan Islam -alhamdulillah-, namun sangat disayangkan karena kejahilan pada diri mereka akhirnya berbicara dan bertindak serampangan. Mereka merasa solusi yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak lagi relevan. Mereka meyakini bahwa sebab utama bukanlah seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur'an dan dipaparkan dalam sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Merekapun mempersulit diri dengan mereka-reka dan mencari solusi yang paling tepat untuk diterapkan. Mereka menyebarkan talbis (pengkaburan) terhadap solusi Qur'ani dan Nabawi serta menebarkan pemahaman busuk kepada masyarakat. Di antaranya mengatakan bahwa faktor utama hinanya umat Islam dan penindasan serta penjajahan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin adalah karena umat Islam hanya sibuk dalam urusan fikih ibadah sehingga tertinggal dalam urusan teknologi dan tidak tahu waqi' (wawasan).

Maka Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menanggapi fenomena ini dengan menyatakan: Satu perkara yang sangat penting untuk dijelaskan di sini adalah kehinaan yang dialami oleh sebagian kaum muslimin dan penjajahan orang-orang kafir -termasuk Yahudi- terhadap sebagian negeri muslimin, bukanlah disebabkan karena mereka tidak tahu fiqhul waqi' (wawasan) atau karena mereka tidak tahu rencana-rencana makar orang-orang kafir tersebut.

Kemudian beliau melanjutkan, Sesungguhnya sebab yang mendasar terjadinya kehinaan pada sebagian kaum muslimin adalah; Pertama, Karena kaum muslimin tidak mengenal lagi Islam yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kedua, Sebagian besar kaum muslimin yang tahu tentang Islam tidak mau mengamalkannya bahkan mengabaikan dan menyia-nyiakannya.

Oleh karena itu kunci agar kejayaan Islam terwujud kembali adalah dengan mempelajari ilmu yang bermanfaat serta mengamalkannya. Dan perkara yang sangat mulia ini tidak akan terwujud kecuali jika mengamalkan manhaj tashfiyah wat tarbiyah (pemurnian dan pendidikan). Kedua hal tersebut merupakan kewajiban yang besar.

Demikianlah karena mentauhidkan Allah  serta beriman kepada rasul-rasul-Nya, menta'ati-Nya dan juga menta'ati rasul-Nya, berpegang teguh dengan syari'at-Nya dan menyeru manusia mengikutinya serta mengingkari orang-orang yang menyelisihinya adalah merupakan sebab segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Semuanya merupakan sebab kekokohan, saling menasihati dan saling menguatkan, yang membawa kepada kemuliaan di dunia dan di akhirat, selamat dari hal yang tidak diinginkan, serta tegar dan terlindung dari segala cobaan (fitnah). “Allah telah berjanji kepada orang yang beriman di antara kalian dan beramal shalih akan menjadikannya khalifah (pemimpin) di bumi, sebagaimana orang-orang sebelum mereka dan akan mengokohkan bagi mereka agama yang Allah ridlai, serta akan menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman.” (An-Nur: 55).

Inilah janji Allah yang sangat besar. Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wata’ala  segera mengeluarkan kita dari problematika umat ini serta menjadikan kita termasuk yang mendapatkan dan merasakan janji Allah tersebut. Amin ya Mujibas Saailin. wallahul a’lam

dari berbagai sumber

Sejarah Hitam Yahudi




Written by kontributor   
Wednesday, 07 January 2009 06:58
Sejak dahulu hubungan antara bangsa Yahudi dengan orang-orang yang beriman selalu diwarnai dengan pengkhianatan dan penipuan yang dilakukan oleh bangsa yahudi. Ketika rasulullah diutus sebagai rasulpun mereka tetap membangkang dan tidak mengakui rasulullah sebagai seorang nabi, padahal dalam kitab-kitab mereka telah jelas disebutkan tentang rasulullah. Ada banyak kisah tentang bagaimana perilaku orang-orang yahudi terhadap kaum muslimin pada zaman rasulullah. Beberapa diantaranya adalah :
Pertama, Mengadu domba antara suku aus dan khazraj dari kalangan anshar

Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Syas bin Qais adalah seorang tokoh Yahudi yang sudah tua renta dan sekaligus pemimpin kekufuran. Dia sangat membenci dan mendengki orang muslim. Suatu kali dia melewati beberapa orang shahabat dari Aus dan Khazraj yang sedang berkumpul dan berbincang-bincang dalam suatu majelis.  Melihat hal itu dia berkata kepada seorang pemuda Yahudi “hampirilah orang-orang itu dan duduklah bersama mereka. Kemudian ungkit kembali perang bu'ats yang pernah mereka alami. Lantunkan kembali syair-syair yang pernah mereka ucapkan secara berbalas-balasan pada saat itu.” Pemuda itupun melakukan apa apa yang diperintahkan syas. Akibatnya mereka saling berdebat dan saling membanggakan diri, hingga ada dua orang yang melompat bangkit dan adu mulut secara sengit. Salah seorang diantara keduanya berkata kepada yang lain “jika memang kalian menghendaki, saat ini pula kami akan menghidupkan kembali akar peperangan diantara kita.” Kedua belah pihak (Aus dan Khazraj) ikut terpancing, lalu masing-masing mengambil senjatanya dan hampir saja terjadi adu fisik. Tetapi rasulullah pun dengan sigat menghentikan pertikaian ini.

Kedua, Memberikan gangguan kepada orang-orang beriman

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa ada seorang wanita muslimah yang datang ke pasar Bani Qainuqah (suku Yahudi) sambil mengenakan jilbabnya. Dia duduk di dekat seorang pengrajin perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang dari mereka bermaksud hendak menyingkap kain yang menutupi wajahnya. Tentu saja wanita muslimah itu berontak. Diam-diam tanpa diketahui wanita muslimah itu, pengrajin perhiasan tersebut mengikat ujung bajunya, sehingga tatkala bangkit auratnya tersingkap. Merekapun tertawa dibuatnya. Secara spontan wanita muslimah itu berteriak. Seorang laki-laki muslim yang ada di dekatnya melompat ke arah pengrajin perhiasan dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi lainnya megikat laki-laki muslim itu lalu membunuhnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerangi mereka .

Ketiga, Berencana membunuh Rasulullah

Orang-orang Yahudi merencanakan untuk membunuh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini terjadi pada saat beliau mendatangi mereka bersama beberapa orang shahabat, agar mereka mau membantu membayar tebusan bagi dua orang dari bani amir yang dibunuh Amr bin Umayyah adh-dhamry. “Kami akan membantumu wahai abul Qasim. Sekarang duduklah disini, biar kami menyiapkan kebutuhanmu,” kata orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Beliau duduk di pinggir tembok salah satu dari rumah mereka disamping beliau ada Abu Bakar, Umar, Ali dan beberapa shahabat yang lain radhiyallahu ‘anhum. Ketika melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah duduk di tempat yang telah ditentukan maka merekapun berunding untuk membunuh rasulullah dengan cara menjatuhkan batu penggiling dari atas rasulullah. Ketika orang-orang yahudi hendak merencanakan niat jahat mereka, jibril turun kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memberitahukan rencana orang-orang Yahudi. Maka seketika itu pula rasulullah beranjak dari tempat duduknya dan pulang ke Madinah tanpa memberitahu kepada shahabat penyebab kepulangannya, nanti setelah sampai di madinah barulah rasulullah mengabarkan kepada para shahabatnya dan langsung mengutus Muhammad bin Maslamah untuk memberi pengumuman kepada Bani Nadhir agar mereka segera meninggalkan madinah.orang-orang yahudi inipun kembali memperlihatkan ulahnya dan tidak mau meninggalkan Madinah, sehingga rasulullah pun memerangi mereka.

Keempat, Menghimpun seluruh kekuatan kafir untuk memerangi Islam

Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang mempunyai mental pengecut, mereka tidak berani melawan rasulullah hanya dengan kekuatan sendiri, setelah mengalami penghinaan dengan dikalahkannya mereka pada peperangan sebelumnya, maka Bani Nadhir pun mencari dukungan dari orang-orang kafir Quraisy, kabilah-kabilah di Ghathafan, serta beberapa kabilah arab yang membenci dakwah Islam, merekapun sepakat untuk menyerang Madinah yang jumlah pasukannya jauh melebihi jumlah penduduk kota Madinah termasuk wanita dan anak-anak, sekitar sepuluh ribu prajurit. Perang ini dikenal dengan sebutan perang ahzab. Ketika mendengar hal tersebut, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menggelar majelis musyawarah dengan para shahabat untuk menyusun strategi menghadi pasukan multi agama ini. Akhirnya disepakati untuk membuat parit yang mengelilingi kota Madinah. Setelah parit selesai, pasukan kafir ini heran dan bingung karena mereka belum pernah melihat strategi perang seperti ini sebelumnya, akhirnya merekapun bertahan dengan mendirikan tenda di luar kota madinah. Dan tak berapa lama, Allah pun mengirimkan taufannya untuk memporak-porandakan pasukan multi agama ini.

Kelima, Mengkhianati perjanjian

Pada perang ahzab, Bani Quraizhah (salah satu dari suku Yahudi) telah mengkhianati perjanjian dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dibuat untuk seluruh penduduk kota Madinah termasuk suku mereka, tetapi mereka telah membantu pasukan ahzab untuk menyerang kaum muslimin dari dalam kota madinah, maka setelah pasukan ahzab berhasil dikalahkan, rasulullah pun bersabda “siapa yang tunduk dan patuh, maka janganlah sekali-kali mendirikan shalat ashar kecuali di bani Quraizhah”. Isyarat rasulullah ini ditangkap dengan baik oleh shahabat sebagai isyarat untuk melakukan peperangan dengan Bani Quraizhah.

Keenam, membuat penyimpangan dalam Islam

Abdullah bin Saba’ demikianlah nama tokoh Yahudi ini, ia berasal dai San’a sebuah kota di Yaman. ia hidup pada masa khalifah ‘Ali bin abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, orang inilah yang menyuarakan bahwa pengganti rasulullah sesungguhnya adalah ‘Ali bukan Abu bakar dan Umar, bahkan dia dengan lancangnya menyebut bahwa ‘Ali sebagai Allah dan ia adalah seorang nabi. Ketika mendengar hal itu khalifah ‘Ali kemudian mengusirnya. inilah yang menjadi cikal bakal agama Syi’ah Rafidhah seperti yang ada dianut oleh negara Iran dan Hizbullah.

Demikianlah sejarah pergaulan orang-orang Yahudi dengan kaum muslimin yang selalu diwarnai dengan tipu daya, kelicikan, dan kekerdilan hati dari orang-orang Yahudi. Makanya tidaklah mengherankan ketika baru-baru ini mereka melanggar perjanjian dengan palestina dan kemudian menyerang rakyat palestina dengan menggunakan perlengkapan perang yang lengkap padahal yang mereka hadapi hanyalah pemuda dan anak-anak yang bersenjatakan batu. Sungguh mereka adalah manusia-manusia kerdil. wallahul musta’an

dari berbagai sumber

Palestina Bantu kemerdekaan Indonesia Written by Andi Rahmanto    Wednesday, 14 January 2009 01:52
 
Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap negara tersebut. Hari ini ketika Palestina diserang, mengapa kita (bangsa Indonesia) ikut sibuk?
Sebagai orang Indonesia, sejarah menjelaskan bahwa kita berhutang dukungan untuk Palestina dan negara arab lain.
Dari berbagai sumber  yang diperoleh, Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc.
Kenapa Kita Memikirkan Palestina?
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia: pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.
Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir, di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah.
Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah khususnya Mesir. Shalat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal “Volendam” milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.
Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah putih? tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal “Volendam” milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.
Sekarang bagaimana rasannya saat melihat bendera kita di kibarkan oleh bangsa lain dengan kesadaran penuh menunjukan rasa solidaritasnya, karena mereka peduli Wartawan ‘Al-Balagh’ pada 10/8/47 melaporkan: “Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan motor-boat besar itu kejuruan lain.”
Tentu saja, motivasi yang kita bangun tidak hanya dari aspek historis, namun ini kita dapat ambil sebagai sebuah pelajaran untuk mengingatkan kembali betapa palestina pernah melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. (jk/dak/sm/berbagai sumber/www.suara-islam.com)
http://www.suara-islam.com/index.php/Nasional/Palestina-Bantu-kemerdekaan-Indonesia.html

 

khutbah seragam palestina

Khutbah Jum’at Seragam Wahdah Islamiyah

TANAH AL-AQSHA TELAH MEMANGGIL KITA!

Catatan: Setelah muqaddimah bahasa Arab, harap langsung membaca teks khutbah berikut tanpa berbasa-basi!

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Bersyukurlah pada Allah, karena hari ini kita dapat melangkahkan kaki ke Rumah Allah ini dengan penuh ketenangan dan keamanan.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat kita duduk bersimpuh di sini, tidak ada gempuran misil dan roket yang kita tunggu-tunggu untuk meluluhlantakkan Rumah Allah ini.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat kita khusyuk dalam penghambaan ini, kita tidak berharap-harap cemas menanti berita anak-istri kita di rumah telah tewas akibat rumah kita hancur berkeping-keping oleh serangan rudal tak terduga.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat nanti kita meninggalkan mesjid ini, masih akan ada hidangan makan siang yang tersaji di meja makan kita. Masih ada tempat bernaung yang aman. Masih ada tawa canda buah hati kita. Bahkan kita masih sempat-sempatnya mengatur agenda liburan akhir pekan dengan alasan mengusir penat dan stres.
Subhanallah...betapa banyak nikmat dari Allah yang harus kita pertanggungjawabkan di Hari Kiamat. Ingatlah selalu bahwa setiap detail nikmat itu kelak akan ditanyakan oleh Allah Azza wa Jalla, Jamaah sekalian...

Sekarang, Jamaah sekalian...
Bayangkanlah, jika kota kita ini menjadi sebuah kota yang diisolir dari seluruh penjurunya. Lalu tiba-tiba terdengar suara pesawat-pesawat jet tempur terbang berputar-putar di atas atap rumah tempat istri kita menyiapkan makan siang, atap mesjid kita ini, atap kantor kita, atap tempat anak-anak kita bersekolah dan bermain, lalu tanpa kita duga, pesawat-pesawat itu melepaskan rudal-rudalnya tepat menghunjam ke arah kita...ke arah anak-anak kita...dan tiba-tiba saja, kita hanya mendengar berita anak-anak kita terluka, anak-anak kita telah tewas akibat gempuran rudal-rudal itu...
Bayangkanlah, jamaah sekalian...jika sebentar sore saat kita pulang ke rumah, kita hanya menemukan rumah tempat bernaung kita telah berubah menjadi puing-puing...
Bayangkanlah, jika di antara puing-puing itu ada ayah-bunda kita, ada istri tercinta kita, ada bayi mungil kita bersimbah darah...tubuhnya remuk-hancur dan tak bernafas lagi...
Bayangkanlah, jika malam ini kita hidup dalam gelap-gulita, tak ada tempat bernaung, tak ada makanan, tak ada minuman, tak ada pakaian hangat untuk mengusir dingin, dan tak ada keluarga tempat berbagi duka lagi...
Lalu bayangkanlah...jika itu semua kita lalui dan pesawat-pesawat tempur itu tak juga menghentikan gempurannya...bahkan tidak hanya itu, mereka justru diperkuat dengan tank-tank dan pasukan darat untuk menghancurkan, membombardir, dan membinasakan kita semua...
Dan bayangkanlah, bagaimana perasaan hati Anda, jika dengan semua penderitaan tiada tara itu, ternyata tak seorang pun peduli dengan kita...Seluruh dunia seakan diam membisu seolah-olah tak terjadi apa-apa di kota ini...
Kira-kira, jamaah sekalian, seperti apa perasaan hati Anda semua jika Anda mengalami semua penderitaan dan kebiadaban itu??!

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Anda sekalian pasti telah paham bahwa itulah situasi dan kondisi yang dialami oleh saudara-saudara kita, atau katakanlah ”keluarga kita” kaum muslimin di bumi Palestina. Dan melalui mimbar yang mulia ini, kita semua harus tahu bahwa apa yang dilakukan oleh Bangsa Kera dan Monyet bernama Israel terhadap saudara-saudara kita di sana tidak lain karena mereka-saudara-saudara kita itu-mengikrarkan La ilaha illahllah Muhammad Rasulullah!
Peristiwa biadab ini semakin membuka mata hati kita tentang siapa sesungguhnya penjahat dan teroris kemanusiaan itu! Peristiwa ini semakin memperjelas apa yang telah ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Dan tidak akan rela orang-orang Yahudi dan tidak pula Nasrani hingga engkau mengikuti agama mereka…”
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
“Dan mereka akan terus memerangi kalian hingga mereka memurtadkan kalian dari agama kalian, jika mereka mampu…”

Kaum muslimin sekalian!
Ini semua baru awal dari pertempuran sesungguhnya. Ingatlah bahwa kita telah berada di akhir zaman. Kelak akan ada pertempuran yang lebih dahsyat dari ini dimana Allah akan memenangkan mereka yang mentauhidkan-Nya dan mengikuti sunnah Nabi-Nya!

Maka sekarang, jamaah sekalian...tidak cukup bagi kita untuk sekedar mengutuk, menyayangkan atau meneteskan air mata. Sekarang, Tanah al-Aqsha memanggil kita untuk kesekian kalinya...Tanah al-Aqsha menuntut tindakan nyata dari kita semua untuk ikut berperan serta membebaskan tanah suci ketiga Umat Islam itu dari cengkraman Zionis Israel!
Maka apa tindakan kita semua? Apa yang harus kita lakukan?!


KHUTBAH KEDUA

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Melalui mimbar Jum’at ini, kami wasiatkan kepada kita semua untuk melakukan perlawanan dan jihad membebaskan bumi Palestina melalui hal-hal berikut:
1.Menyiapkan diri pribadi kita masing-masing dengan bekal iman dan ilmu yang shahih serta ibadah yang sebaik-baiknya kepada Allah. Sebab hanya dengan inilah semua upaya perjuangan kita akan bernilai jihad fi sabilillah. Kita harus memperbanyak jumlah tentara-tentara Allah dengan mulai mengikrarkan diri kita masing-masing sebagai tentara Allah yang memiliki iman yang kuat, ilmu yang shahih dan ibadah yang berkualitas.
2.Mulailah mengkampanyekan ”Peduli Masjid al-Aqsha” pada setiap muslim dan muslimah yang ada di sekitar kita, yang tentu saja dimulai dari keluarga dan kerabat kita. Tanamkan kerinduan untuk mengunjungi Masjid al-Aqsha di Palestina sebagaimana kita rindu untuk selalu datang ke Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah, karena inilah tiga tanah suci Umat Islam!
3.Mulailah menyisihkan dana dan harta Anda sesedikit apapun untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina. Mereka butuh makanan, minuman, obat-obatan dan juga senjata untuk menghadapi gempuran teroris Israel. Dan itu, insya Allah, dapat kita mulai seusai menunaikan shalat Jum’at ini.
4.Gencarkan kembali gerakan boikot terhadap produk-produk Israel dan produk-produk yang memberikan dukungan terhadap negara itu. Ingat selalu bahwa setiap rupiah yang Anda belanjakan untuk produk-produk semacam itu akan digunakan untuk menyiapkan peluru dan bom yang membunuh umat Islam di bumi Palestina.
5.Dan akhirnya, senjata pamungkas kaum beriman yang bernama DOA. Doakan, doakan dan doakan mereka, Jamaah sekalian...Jangan pernah putus doa kita kepada Allah untuk menyegerakan pertolongan untuk saudara-saudara kita di sana.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Sekali lagi, hari ini, Tanah al-Aqsha telah memanggil kita. Dan saya telah menyampaikan peringatan ini kepada Anda sekalian. Maka kelak di akhirat, kita akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita dengar hari ini. Demi Allah! Kita pasti akan ditanya: apa yang telah engkau lakukan untuk membantu mereka di Palestina? Apa yang telah engkau lakukan untuk membebaskan Mesjid al-Aqsha?
Maka sudah siapkan kita menjawabnya??!

Doa Penutup










Mengapa Kita Terhina




Written by kontributor   
Wednesday, 14 January 2009 07:13
Musibah dan problematika yang menghantam suatu negeri adalah suatu kemestian yang telah ditetapkan oleh Allah dan ketetapan ini berlaku untuk setiap negeri yang diutus padanya seorang rasul. Allah Subhanahu Wata’ala menjelaskan dalam salah satu ayatnya: "Dan tidaklah Kami mengutus seorang Nabipun kepada suatu negeri (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan akan kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri." (Al-A'raf: 94)
Hari-hari ini kita terus menyaksikan dan meratapi saudara-saudara kita dibantai satu per satu oleh kaum Yahudi. Kita hanya bisa berteriak, marah, protes, dan menggalang dana bantuan. Itulah yang bisa kita lakukan. Kita terhina, dan tidak berdaya menghadapi kondisi yang memilukan ini. Sama dengan nasib bangsa kita yang ratusan tahun dijajah oleh bangsa-bangsa mini. Mengapa umat Islam yang jumlahnya sekitar 1,5 milyar jiwa tidak berdaya menghadapi kekejaman dan kebiadaban Zionis-Yahudi yang jumlahnya hanya beberapa juta saja. Perlu kita renungkan, bahwa jumlah kaum Yahudi di seluruh dunia hanyalah sekitar 14 juta jiwa. Dalam data Wikipedia disebutkan jumlah populasi : Kristen : 2.1 milyard, Islam : 1.5 milyard, Hindu : 900 juta, Buddha : 376 juta, Yahudi : 14 juta (wikipedia.org, 2007).

Dunia mengutuk kekejaman Zionis Israel. Namun, Israel tidak peduli. Mereka merasa kuat karena jelas-jelas didukung oleh negara adikuasa AS dan sekutu-sekutunya. Sistem PBB sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak bisa merugikan kepentingan Israel. Jika sebelumnya banyak yang menaruh sedikit harapan pada Obama, maka harapan itu kini mulai sirna. Barack Obama ternyata tak beda dengan Presiden AS lainnya yang menempatkan Israel sebagai sekutu utamanya. Kita pesimis, jika melihat sikapnya selama ini terhadap Israel. Semuanya itu tidak lepas dari ketetapan Allah di atas. Demikian pula halnya dengan bangsa dan kaum muslimin di Indonesia pada saat ini mendapat musibah yang menyesakkan, kesempitan, kekurangan, problem hukum, keamanan, pemerintahan, serta krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Namun demikian, tidaklah Allah Subhanahu Wata’ala menetapkan suatu ketentuan melainkan dengan sebab. Maksudnya Allah tidak akan menimpakan suatu malapetaka pada suatu negara melainkan dengan sebab. Jika kita mau adil dan jujur dalam mengoreksi kehidupan kita dan kaum muslimin pada umumnya, maka kita akan menemukan faktor utama penyebab realita ini. Allah Subhanahu Wata’ala Berfirman: “Katakanlah (wahai Muhammad): Jika bapak-bapak kalian, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kalian usahakan, dan perdagangan yang kalian khawatirkan kebangkrutannya serta rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan (dari) jihad fi sabilillah, tunggulah hingga Allah timpakan adzabnya, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24), Ibnu Katsir berkata: “Jika semua perkara ini lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya (tunggulah), yakni tunggulah adzab apa yang akan ditimpakan oleh Allah kepada kalian.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun telah mensinyalir akan adanya musibah yang akan menimpa kaum muslimin yang tidak patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, beliau bersabda: "Apabila kalian telah berjual- beli dengan 'inah (riba), dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi kalian, cinta kepada pertanian (dunia), dan kalian meninggalkan jihad fi sabilillah, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan tidak akan menghilangkannya sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud dan lain-lainnya dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah No. 11)

Perhatikanlah, Allah dan Rasulullah telah menegaskan faktor utama yang menyebabkan musibah ini adalah karena mereka telah meninggalkan agama mereka, karena mereka terlalu mencintai dunia, dan kenyataannya memang demikian. Kehinaan yang dialami oleh umat Islam adalah karena umat Islam telah melalaikan agama mereka dan hanya menjadikannya sebagai identitas belaka, Sabda Nabi: Apabila kalian telah berjual-beli dengan 'inah mengisyaratkan salah satu jenis mu'amalat yang mengandung riba dan mengakal-akali syari'at. Kita lihat berapa banyak kaum muslimin pada saat sekarang ini yang tenggelam dalam riba dengan segala macam bentuknya. Bahkan sebagian sengaja mengakal-akali agar tidak terkesan riba. Kemudian sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: mengambil ekor-ekor sapi kalian, cinta kepada pertanian, yakni cinta kepada dunia dan condong kepadanya serta tidak mempedulikan dan mengabaikan syari'at beserta hukum-hukumnya. Sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: dan kalian meninggalkan jihad merupakan akibat cinta dunia. Dan ini tidak berarti hanya jihad saja, melainkan termasuk juga kewajiban-kewajiban syari'at yang lain. Maka berapa banyak kaum muslimin sekarang ini yang meninggalkan shalat, zakat, shaum, dan lainnya tanpa merasa bersalah dan berdosa bahkan melakukannya dengan sengaja.

Apabila kaum muslimin telah berada dalam keadaan seperti itu maka ditimpakanlah kepada mereka apa yang berhak ditimpakan. Dan jadilah mereka dalam keadaan hina diliputi fitnah dan musibah. Teranglah sekarang bahwa berbagai musibah -baik yang menimpa pribadi maupun masyarakat- berupa kesempitan, kekurangan, krisis moneter atau kekacauan, itu semua disebabkan maksiat mereka kepada Allah, mengabaikan perintah-perintah-Nya, serta lalai dan lengah terhadap syari'at-Nya, sehingga mereka menggunakan hukum selain hukum Allah Subhanahu Wata’ala. Padahal Allah lah yang menciptakan mereka. Allah lebih sayang kepada mereka daripada sayangnya orangtua kepada anaknya, dan Allah lebih tahu tentang mashlahat mereka daripada mereka sendiri.

Kebanyakan manusia menyandarkan segala musibah, baik krisis moneter atau kekacauan keamanan dan politik kepada sebab-sebab materi semata. Tidak diragukan lagi bahwa ini menunjukkan kedangkalan pemahaman mereka, kelemahan iman dan kelalaian mereka mengkaji Al-Qur'an dan sunnah rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ada sebagian orang di sana yang memiliki ghirah (semangat) yang besar yang menghendaki kemuliaan dan kejayaan Islam -alhamdulillah-, namun sangat disayangkan karena kejahilan pada diri mereka akhirnya berbicara dan bertindak serampangan. Mereka merasa solusi yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak lagi relevan. Mereka meyakini bahwa sebab utama bukanlah seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur'an dan dipaparkan dalam sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Merekapun mempersulit diri dengan mereka-reka dan mencari solusi yang paling tepat untuk diterapkan. Mereka menyebarkan talbis (pengkaburan) terhadap solusi Qur'ani dan Nabawi serta menebarkan pemahaman busuk kepada masyarakat. Di antaranya mengatakan bahwa faktor utama hinanya umat Islam dan penindasan serta penjajahan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin adalah karena umat Islam hanya sibuk dalam urusan fikih ibadah sehingga tertinggal dalam urusan teknologi dan tidak tahu waqi' (wawasan).

Maka Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menanggapi fenomena ini dengan menyatakan: Satu perkara yang sangat penting untuk dijelaskan di sini adalah kehinaan yang dialami oleh sebagian kaum muslimin dan penjajahan orang-orang kafir -termasuk Yahudi- terhadap sebagian negeri muslimin, bukanlah disebabkan karena mereka tidak tahu fiqhul waqi' (wawasan) atau karena mereka tidak tahu rencana-rencana makar orang-orang kafir tersebut.

Kemudian beliau melanjutkan, Sesungguhnya sebab yang mendasar terjadinya kehinaan pada sebagian kaum muslimin adalah; Pertama, Karena kaum muslimin tidak mengenal lagi Islam yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kedua, Sebagian besar kaum muslimin yang tahu tentang Islam tidak mau mengamalkannya bahkan mengabaikan dan menyia-nyiakannya.

Oleh karena itu kunci agar kejayaan Islam terwujud kembali adalah dengan mempelajari ilmu yang bermanfaat serta mengamalkannya. Dan perkara yang sangat mulia ini tidak akan terwujud kecuali jika mengamalkan manhaj tashfiyah wat tarbiyah (pemurnian dan pendidikan). Kedua hal tersebut merupakan kewajiban yang besar.

Demikianlah karena mentauhidkan Allah  serta beriman kepada rasul-rasul-Nya, menta'ati-Nya dan juga menta'ati rasul-Nya, berpegang teguh dengan syari'at-Nya dan menyeru manusia mengikutinya serta mengingkari orang-orang yang menyelisihinya adalah merupakan sebab segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Semuanya merupakan sebab kekokohan, saling menasihati dan saling menguatkan, yang membawa kepada kemuliaan di dunia dan di akhirat, selamat dari hal yang tidak diinginkan, serta tegar dan terlindung dari segala cobaan (fitnah). “Allah telah berjanji kepada orang yang beriman di antara kalian dan beramal shalih akan menjadikannya khalifah (pemimpin) di bumi, sebagaimana orang-orang sebelum mereka dan akan mengokohkan bagi mereka agama yang Allah ridlai, serta akan menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman.” (An-Nur: 55).

Inilah janji Allah yang sangat besar. Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wata’ala  segera mengeluarkan kita dari problematika umat ini serta menjadikan kita termasuk yang mendapatkan dan merasakan janji Allah tersebut. Amin ya Mujibas Saailin. wallahul a’lam

dari berbagai sum

Sejarah Hitam Yahudi




Written by kontributor   
Wednesday, 07 January 2009 06:58
Sejak dahulu hubungan antara bangsa Yahudi dengan orang-orang yang beriman selalu diwarnai dengan pengkhianatan dan penipuan yang dilakukan oleh bangsa yahudi. Ketika rasulullah diutus sebagai rasulpun mereka tetap membangkang dan tidak mengakui rasulullah sebagai seorang nabi, padahal dalam kitab-kitab mereka telah jelas disebutkan tentang rasulullah. Ada banyak kisah tentang bagaimana perilaku orang-orang yahudi terhadap kaum muslimin pada zaman rasulullah. Beberapa diantaranya adalah :
Pertama, Mengadu domba antara suku aus dan khazraj dari kalangan anshar

Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Syas bin Qais adalah seorang tokoh Yahudi yang sudah tua renta dan sekaligus pemimpin kekufuran. Dia sangat membenci dan mendengki orang muslim. Suatu kali dia melewati beberapa orang shahabat dari Aus dan Khazraj yang sedang berkumpul dan berbincang-bincang dalam suatu majelis.  Melihat hal itu dia berkata kepada seorang pemuda Yahudi “hampirilah orang-orang itu dan duduklah bersama mereka. Kemudian ungkit kembali perang bu'ats yang pernah mereka alami. Lantunkan kembali syair-syair yang pernah mereka ucapkan secara berbalas-balasan pada saat itu.” Pemuda itupun melakukan apa apa yang diperintahkan syas. Akibatnya mereka saling berdebat dan saling membanggakan diri, hingga ada dua orang yang melompat bangkit dan adu mulut secara sengit. Salah seorang diantara keduanya berkata kepada yang lain “jika memang kalian menghendaki, saat ini pula kami akan menghidupkan kembali akar peperangan diantara kita.” Kedua belah pihak (Aus dan Khazraj) ikut terpancing, lalu masing-masing mengambil senjatanya dan hampir saja terjadi adu fisik. Tetapi rasulullah pun dengan sigat menghentikan pertikaian ini.

Kedua, Memberikan gangguan kepada orang-orang beriman

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa ada seorang wanita muslimah yang datang ke pasar Bani Qainuqah (suku Yahudi) sambil mengenakan jilbabnya. Dia duduk di dekat seorang pengrajin perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang dari mereka bermaksud hendak menyingkap kain yang menutupi wajahnya. Tentu saja wanita muslimah itu berontak. Diam-diam tanpa diketahui wanita muslimah itu, pengrajin perhiasan tersebut mengikat ujung bajunya, sehingga tatkala bangkit auratnya tersingkap. Merekapun tertawa dibuatnya. Secara spontan wanita muslimah itu berteriak. Seorang laki-laki muslim yang ada di dekatnya melompat ke arah pengrajin perhiasan dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi lainnya megikat laki-laki muslim itu lalu membunuhnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerangi mereka .

Ketiga, Berencana membunuh Rasulullah

Orang-orang Yahudi merencanakan untuk membunuh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini terjadi pada saat beliau mendatangi mereka bersama beberapa orang shahabat, agar mereka mau membantu membayar tebusan bagi dua orang dari bani amir yang dibunuh Amr bin Umayyah adh-dhamry. “Kami akan membantumu wahai abul Qasim. Sekarang duduklah disini, biar kami menyiapkan kebutuhanmu,” kata orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Beliau duduk di pinggir tembok salah satu dari rumah mereka disamping beliau ada Abu Bakar, Umar, Ali dan beberapa shahabat yang lain radhiyallahu ‘anhum. Ketika melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah duduk di tempat yang telah ditentukan maka merekapun berunding untuk membunuh rasulullah dengan cara menjatuhkan batu penggiling dari atas rasulullah. Ketika orang-orang yahudi hendak merencanakan niat jahat mereka, jibril turun kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memberitahukan rencana orang-orang Yahudi. Maka seketika itu pula rasulullah beranjak dari tempat duduknya dan pulang ke Madinah tanpa memberitahu kepada shahabat penyebab kepulangannya, nanti setelah sampai di madinah barulah rasulullah mengabarkan kepada para shahabatnya dan langsung mengutus Muhammad bin Maslamah untuk memberi pengumuman kepada Bani Nadhir agar mereka segera meninggalkan madinah.orang-orang yahudi inipun kembali memperlihatkan ulahnya dan tidak mau meninggalkan Madinah, sehingga rasulullah pun memerangi mereka.

Keempat, Menghimpun seluruh kekuatan kafir untuk memerangi Islam

Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang mempunyai mental pengecut, mereka tidak berani melawan rasulullah hanya dengan kekuatan sendiri, setelah mengalami penghinaan dengan dikalahkannya mereka pada peperangan sebelumnya, maka Bani Nadhir pun mencari dukungan dari orang-orang kafir Quraisy, kabilah-kabilah di Ghathafan, serta beberapa kabilah arab yang membenci dakwah Islam, merekapun sepakat untuk menyerang Madinah yang jumlah pasukannya jauh melebihi jumlah penduduk kota Madinah termasuk wanita dan anak-anak, sekitar sepuluh ribu prajurit. Perang ini dikenal dengan sebutan perang ahzab. Ketika mendengar hal tersebut, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menggelar majelis musyawarah dengan para shahabat untuk menyusun strategi menghadi pasukan multi agama ini. Akhirnya disepakati untuk membuat parit yang mengelilingi kota Madinah. Setelah parit selesai, pasukan kafir ini heran dan bingung karena mereka belum pernah melihat strategi perang seperti ini sebelumnya, akhirnya merekapun bertahan dengan mendirikan tenda di luar kota madinah. Dan tak berapa lama, Allah pun mengirimkan taufannya untuk memporak-porandakan pasukan multi agama ini.

Kelima, Mengkhianati perjanjian

Pada perang ahzab, Bani Quraizhah (salah satu dari suku Yahudi) telah mengkhianati perjanjian dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dibuat untuk seluruh penduduk kota Madinah termasuk suku mereka, tetapi mereka telah membantu pasukan ahzab untuk menyerang kaum muslimin dari dalam kota madinah, maka setelah pasukan ahzab berhasil dikalahkan, rasulullah pun bersabda “siapa yang tunduk dan patuh, maka janganlah sekali-kali mendirikan shalat ashar kecuali di bani Quraizhah”. Isyarat rasulullah ini ditangkap dengan baik oleh shahabat sebagai isyarat untuk melakukan peperangan dengan Bani Quraizhah.

Keenam, membuat penyimpangan dalam Islam

Abdullah bin Saba’ demikianlah nama tokoh Yahudi ini, ia berasal dai San’a sebuah kota di Yaman. ia hidup pada masa khalifah ‘Ali bin abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, orang inilah yang menyuarakan bahwa pengganti rasulullah sesungguhnya adalah ‘Ali bukan Abu bakar dan Umar, bahkan dia dengan lancangnya menyebut bahwa ‘Ali sebagai Allah dan ia adalah seorang nabi. Ketika mendengar hal itu khalifah ‘Ali kemudian mengusirnya. inilah yang menjadi cikal bakal agama Syi’ah Rafidhah seperti yang ada dianut oleh negara Iran dan Hizbullah.

Demikianlah sejarah pergaulan orang-orang Yahudi dengan kaum muslimin yang selalu diwarnai dengan tipu daya, kelicikan, dan kekerdilan hati dari orang-orang Yahudi. Makanya tidaklah mengherankan ketika baru-baru ini mereka melanggar perjanjian dengan palestina dan kemudian menyerang rakyat palestina dengan menggunakan perlengkapan perang yang lengkap padahal yang mereka hadapi hanyalah pemuda dan anak-anak yang bersenjatakan batu. Sungguh mereka adalah manusia-manusia kerdil. wallahul musta’an

dari berbagai sumber

Palestina Bantu kemerdekaan Indonesia Written by Andi Rahmanto    Wednesday, 14 January 2009 01:52
 
Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap negara tersebut. Hari ini ketika Palestina diserang, mengapa kita (bangsa Indonesia) ikut sibuk?
Sebagai orang Indonesia, sejarah menjelaskan bahwa kita berhutang dukungan untuk Palestina dan negara arab lain.
Dari berbagai sumber  yang diperoleh, Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc.
Kenapa Kita Memikirkan Palestina?
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia: pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.
Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir, di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah.
Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah khususnya Mesir. Shalat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal “Volendam” milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.
Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah putih? tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal “Volendam” milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.
Sekarang bagaimana rasannya saat melihat bendera kita di kibarkan oleh bangsa lain dengan kesadaran penuh menunjukan rasa solidaritasnya, karena mereka peduli Wartawan ‘Al-Balagh’ pada 10/8/47 melaporkan: “Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan motor-boat besar itu kejuruan lain.”
Tentu saja, motivasi yang kita bangun tidak hanya dari aspek historis, namun ini kita dapat ambil sebagai sebuah pelajaran untuk mengingatkan kembali betapa palestina pernah melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. (jk/dak/sm/berbagai sumber/www.suara-islam.com)
http://www.suara-islam.com/index.php/Nasional/Palestina-Bantu-kemerdekaan-Indonesia.html

 

baru

Contoh Doa Qunut Nazilah atas Tragedi Palestina


اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُودِ الْمُعْتَدِيْن الَّذِيْنَ قَتَلُوا إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْن ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَكَ ، اللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَاجْعَلِ الدَّائِرَةَ عَلَيْهِمْ ، اللَّهُمَّ أَحْصِهِمْ عَدَداً وَاقْتُلْهُمْ بَدَداً وَلاَ تُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَداً ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ وَعَلىَ مَنْ عَاوَنَهُمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْن

Ya Allah turunkanlah hukumanMu atas kaum Yahudi yang telah melakukan kezhaliman dengan membunuh saudara-saudara kami kaum muslimin di Palestina, Ya Allah hukumlah mereka sesungguhnya mereka tak mampu melemahkanMu, Ya Allah cerai beraikan mereka porak porandakan kesatuan mereka dan turunkanlah balasanMu atas mereka, Ya Allah kumpukan dan binasakanlah mereka dan jangalah Kamu sisakan sedikitpun dari mereka, Ya Allah turunkanlah atas mereka dan semua pihak yang membantu mereka balasanMu yang tidak dapat ditolak oleh kaum pembuat kezhaliman


اللَّهُمَّ أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْن الْمُسْتَضْعَفِيْنَِ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ وَارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah di Palestina, Ya Allah sayangi dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari isolasi dan keadaan sempit yang mereka alami saat ini, Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yang luka dan sakit dari kalangan mereka, Ya Allah tetaplah bersama mereka dan jauhilah musuh-musuh mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali dariMu


اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْنَ اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى الْيَهُوْدِ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِيْنَ ، اللَّهُمَّ سَدِّدْ سَهْمَهُمْ وَوَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ يَا حَيُّ يَاقَيُّوْمُ

Ya Allah turunkanlah pertolonganMu buat kaum mujahidin di Palestina, Ya Allah tolonglah mereka menghadapi kaum Yahudi dan penolong-penolong mereka dari kalangan kuffar dan kaum munafiq, Ya Allah tepatkanlah bidikan mereka, rapatkanlah shaf perjuangan mereka dan satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran Ya Hayyu Ya Qayyum.

Senin, 23 Februari 2009

khutbah





Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu

Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh Tabaroka wa Ta’ala yang menciptakan alam, mengaturnya dan memberi rezeki kepada penghuninya.

Sholawat serta salam senantiasa kita ucapkan kepada junjungan kita al-Mushtofa Khotamil Anbiya’ Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah mengeluarkan kita dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu dan tauhid, yang telah mewasiatkan kepada kita agar berpegang teguh dengan dua hal yang terang yang tidak mungkin seorang hamba tersesat dengan keduanya. Serta semoga ridho Allah tetap menyertai sahabatnya dan para pengikut mereka dari kalangan ulama muslimin, yang tanpa bantuan mereka tidak bisa memahami dengan benar kedua cahaya yang diwasiatkan tadi.

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu

Di muka bumi ini, di belahan mana pun, setiap hari, setiap saat bahkan setiap detik selalu saja ada orang yang perlu dikasihi karena tak mendapatkan bagian yang cukup buat menyambung kehidupannya. Jalan sudah buntu, bumi terasa begitu sempit, pakaian hanya sekedar yang melekat di badan, itupun sudah lusuh, dan terkadang seharian atau lebih, perut keroncongan didera lapar karena tak bertemu nasi walaupun hanya sesuap. Bahkan di antaranya ada yang hingga kejang, sekarat lalu mati. Jika dunia ini tak pernah sepi dari fenomena tragis di atas –dan semua orang yang merenungkan pasti yakin demikian- tidakkah terketuk orang-orang yang masih punya hati di antara mereka yang berkecukupan, lalu mengulurkan derma? Atau masihkah tetap tega menyaksikan kematian demi kematian akibat kelaparan atau minimal ketidaklayakan hidup, sementara dirinya tetap terus menimbun harta? Tidakkah kita ikut merenungkan senandung syair Mahmud Hasan Al Warraq yang berkata:

فَكّرْتُ فِي الْمَالِ وَ فِي جَمْعِهِ، فَكَانَ مَا يَبْقى هُوَ الْفَانِي
وَكَانَ مَا أَنْفَقْتُ فِي أَوْجُهِ البِرّ بِمَعْرُوْفٍ وَإِحْسَانٍ هُوَ الذَي يَبْقى وَأُجْزَى بِهِ يَوْمَ يُجَازَى كُلّ إِنْسَانٍ



“Kurenungkan tentang harta dan penimbunannya, ternyata apa yang tersisa itulah yang yang bakal binasa. Sedang yang kunafkahkan di jalan kebaikan, baik secara ma’ruf atau ihsan maka dialah yang kekal dan karenanya aku dibalas (kebaikan), saat semua orang diberi balasan.”

Al Hasan Al Bashri berkata:

بِئْسَ الرّفِيْقُ الدِرْهَمِ وَالدِيْنَارِ، لاَيَنْفَعَانِكَ حَتّى يُفَارِقَانِكَ



“Sejahat-jahat teman adalah uang dan harta-benda. Keduanya tidak akan bermanfaat untukmu kecuali ketika keduanya berpisah denganmu.”

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu

Harta adalah ni’mat. Barangsiapa takut kepada Allah dalam masalah harta, lalu membelanjakannya sesuai dengan yang diridhai-Nya, memberi makan fakir miskin, serta mengeluarkannya untuk menolong agama Allah dan meninggikan kalimatNya, niscaya Allah akan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Allah akan menjaganya dan memberkahi keluarga dan anak-anaknya. Duhai alangkah bahagianya hamba ini, bahagia di dunia, juga bahagia di akhirat. Dan, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang diperjualbelikan. Ia adalah anugerah Allah bagi hambaNya yang taat dan memenuhi perintahNya.

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu

Jika ada orang kaya mengatakan padamu –sedang engkau yakin tentang kejujurannya-, berilah si fulan ini dan itu, besok engkau akan kuberi sesuatu yang lebih baik daripadanya, apakah engkau akan enggan menuruti kemauannya? Tentu, sedetik pun engkau tidak akan terlambat memenuhi keinginannya sebab engkau akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Lalu, apatah lagi jika yang menjanjikan kepadamu itu Allah Azza Wajalla, Pemilik langit dan bumi, Dzat Yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Maha Kaya? Allah berfirman:

Artinya: “Dan kebaikan apa saja yang engkau perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (Al Muzzammil: 20).

Orang yang berinfak (bersedekah) di jalan Allah seakan-akan memberi pinjaman kepada Allah, padahal Dia adalah Maha Kaya dan Maha Pemberi. Pilihan kata “qardh” (pinjaman) tentu karena begitu sangat mulianya kedudukan orang yang berinfak di sisi Allah. Di samping, kata “qardh” membawa makna hutang piutang, yang berarti Allah –Dzat yang tidak menyelisihi janji-Nya- pasti membayar hutangNya tersebut.

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yan baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya lah kamu dikembalikan.” (Al Baqarah: 245).

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu

Dan, berinfak di jalan Allah adalah suatu perdagangan yang pelakunya tak akan pernah merugi sepanjang masa. Ia adalah perdagangan yang mengalirkan ridha Allah dan anugerahNya yang luas.” Lihat (Q.S 35: 29-30). Di ayat lain Allah menegaskan:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 133-134).

Karena itu, bersegeralah saudaraku menuju Surga yang memang diperuntukkan Allah bagi segenap hambaNya yang bertakwa, yang diantara sifat-sifat mereka adalah menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit.

Suatu kali, ada seorang Salaf yang berthawaf di Ka’bah seraya berulang-ulang membaca do’a:

اَللّهُمّ قَني شُحّ نَفْسِي اَللهمّ قِنِي شُحّ نَفْسِي



”Ya Allah, jagalah diriku dari sifat kikir, ya Allah jagalah diriku dari sifat kikir.” Sehingga ada yang menegur, wahai hamba Allah, apakah engkau tidak mengetahui selain do’a ini? Ia menjawab, sesungguhnya Allah berfirman: Artinya, “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Hasyr: 9).

Sebaliknya, orang yang menimbun hartanya dan tidak mau menafkahkan sebagian daripadanya kelak pada Hari Kiamat Allah akan mengalungkan harta yang ia bakhilkan tersebut di batang lehernya. (QS. 3/180). Dengan emas dan peraknya –padahal di dunia keduanya amat ia banggakan- yang telah dipanaskan dalam Neraka Jahannam, dahi, lambung, dan punggung mereke dibakar/diseterika. (QS. 9/34-35).

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ




[KHUTBAH KEDUA]


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ



Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu

Adapun keberuntungan atau faedah menafkahkan harta di jalan Allah adalah sangat banyak.
Pertama, Allah menjamin nafkah orang tersebut. Dalam hadits Qudsi disebutkan:

يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ (متفق عليه)



“Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku (menjamin) nafkahmu.” (Muttafaq ‘alaih).

Kedua, mendapatkan kebaikan saat tibanya Hari Penyesalan, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ فَتَصَدّقُوْا (متفق عليه)



“Barangsiapa bersedekah senilai satu biji kurma dari hasil kerjanya yang baik –dan Allah tidak menerima kecuali yang baik-baik- maka sungguh Allah menerimanya dengan Tangan KananNya, lalu merawatnya sebagaimana salah seorang dari kamu merawat anak kuda/untanya sehingga (banyaknya) seperti gunung, karena itu bersedekahlah!” (Muttafaq ‘alaih).

Ketiga, bersedekah bisa menghapuskan dosa. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ (الترمذي وابن ماجه)



“Puasa adalah benteng, sedangkan sedekah melenyapkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkian api”. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi), ia berkata hadits hasan shahih).

Keempat, nama harum di tengah-tengah masyarakat. Orang yang senang berinfak dan menyelesaikan kesulitan orang lain akan menjadi buah bibir dalam hal kebaikan. Berbeda dengan orang yang kikir, ia akan menjadi tumpuan kebencian orang lain karena hanya menumpuk harta bendanya untuk dirinya sendiri. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ (البخاري)



“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham…” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).

Kelima, berinfak adalah salah satu akhlak Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara perbuatan yang sangat beliau cintai adalah memberi, bahkan memberikan sesuatu yang sangat beliau butuhkan sendiri, seperti pakaian yang sedang beliau kenakan. Demikian menurut hadits riwayat Bukhari dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu.

Keenam, berinfak menyebabkan rizki bertambah, berkembang dan penuh berkah. Lihat kembali (QS. 2/245).

Ketujuh, sedekah menyebabkan pemiliknya mendapat naungan pada Hari Pembalasan. Kelak pada Hari Pembalasan, saat kesulitan manusia memuncak dan matahari didekatkan dengan ubun-ubun manusia. Ketika itulah orang-orang yang suka bersedekah mendapat jaminan. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan, ada tujuh golongan manusia yang akan dianungi Allah, pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya. Salah satunya adalah:

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ



“Laki-laki yang bersedekah dan menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedelapan, kecintaan Allah dan kecintaan manusia terhadapnya. Orang yang suka memberi akan dicintai orang lain, sebab secara fithrah manusia mencintai orang orang yang berbuat baik padanya. Seorang penyair bersenandung:

“Berbuat baiklah kepada manusia niscaya engkau menaklukkan hatinya. Sungguh, kebaikanlah yang menaklukkan manusia. Berbuat baiklah, jika engkau bisa dan kuasa, karena tidak selamanya orang kuasa berbuat baik.”

Kesembilan, kemudahan melakukan keta’atan. Allah menolong orang yang suka bersedekah dalam melakukan berbagai keta’atan, sehingga ia merasa mudah melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Allah berfirman:

Artinya: {i]“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Al Lail: 5-7).

Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita termasuk di antara hamba-hambaNya yang suka bersedekah, Amin…

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.




(Khalid bin Nashir Al Assaf, Anfiq Yunfiqillahu alaik”, bittasharruf)

Artikel 2

Kategori Aqidah Ahlus Sunnah

Minggu, 17 Oktober 2004 08:35:31 WIB

MAKNA AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Terkahir dari Dua Tulisan 2/2

Tentang at-Thaifah al-Manshuurah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Artinya : Senantiasa ada segolongan dari umatku yang selalu dalam kebenaran menegakkan perintah Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang tidak menolongnya dan orang yang menye-lisihinya sampai datang perintah Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu.” [8]
Tentang al-Ghurabaa’, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Islam awalnya asing, dan kelak akan kembali asing sebagai-mana awalnya, maka beruntunglah bagi al-Ghuraba’ (orang-orang asing).” [9]
Sedangkan makna al-Ghuraba’ adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu 'anhu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam suatu hari menerangkan tentang makna dari al-Ghuraba’, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya.” [10]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda mengenai makna al-Ghuraba’:
“Artinya : Yaitu, orang-orang yang senantiasa memperbaiki (ummat) di tengah-tengah rusaknya manusia.” [11]
Dalam riwayat yang lain disebutkan: “Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) sesudah dirusak oleh manusia.” [12]
Ahlus Sunnah, at-Thaifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah semuanya disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan Ahlus Sunnah, at-Thaifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah dengan Ahlul Hadist suatu hal yang masyhur dan dikenal sejak generasi Salaf, karena penyebutan itu merupakan tuntutan nash dan sesuai dengan kondisi dan realitas yang ada. Hal ini diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari para Imam seperti, ‘Abdullah Ibnul Mubarak, ‘Ali Ibnul Madiiny, Ahmad bin Hanbal, al-Bukhary, Ahmad bin Sinan dan yang lainnya, Rahimahullah[13].
Imam asy-Syafi’i [14] (wafat th. 204 H) Rahimahullah berkata: “Apabila aku melihat seorang ahli hadits, seolah-olah aku melihat seorang dari Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, mudah-mudahan Allah memberikan ganjaran yang terbaik kepada mereka. Mereka telah menjaga pokok-pokok agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka.” [15]
Imam Ibnu Hazm az-Zhahiri (wafat th. 456 H) menjelaskan mengenai Ahlus Sunnah, “Ahlus Sunnah yang kami sebutkan itu adalah Ahlul Haq, sedangkan selain mereka adalah Ahlul Bid’ah. Karena sesungguhnya Ahlus Sunnah itu adalah para Shahabat Radhiyallahu Ajma'in dan setiap orang yang mengikuti manhaj mereka dari para Tabi’in yang terpilih, kemudian Ash-habul Hadits dan yang mengikuti mereka dari ahli fiqih dari setiap generasi sampai pada masa kita ini serta orang-orang awam yang mengikuti mereka baik di timur maupun di barat.” [16]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]
_________
Foote Note
[8]. HR. Al-Bukhari (no. 3641) dan Muslim (no. 1037 (174)), dari Shahabat Mu’awiyah Radhiyallahu 'anhu.
[9]. HR. Muslim no. 145 dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
[10]. HR. Ahmad (II/177, 222), Ibnu Wadhdhah no. 168. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam tahqiq Musnad Imam Ahmad (VI/207 no. 6650). Lihat juga Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah Marwiyyati Manhajas Salaf hal. 125.
[11]. HR. Abu Ja’far ath-Thahawy dalam Syarah Musykilul Atsaar (II/170 no. 689), al-Laalika-iy dalam Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah no. 173 dari Shabahat Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu 'anhu. Hadits ini shahih li ghairihi karena ada beberapa syawahidnya. Lihat Syarah Musykiilul Atsaar (II/170-171) dan Silsilah Ahaadits as-Shahiihah no. 1273.
[12]. HR. At-Tirmidzi no. 2630, beliau berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Dari Shabahat ‘Amr bin ‘Auf Radhiyallahu 'anhu.
[13]. Sunan at-Tirmidzi, Kitaabul Fitan no. 2229. Lihat Silsilah Ahaadits ash-Shahiihah karya Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany Rahimahullah (I/539 no. 270) dan Ahlul Hadits Humuth Thaifah al-Manshurah karya Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi al-Madkhaly.
[14]. Nama lengkap beliau, Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris bin ‘Abbas al-Qurasyi asy-Syafi’i Rahimahullah, yang terkenal dengan sebutan Imam asy-Syafi’i, beliau punya hubungan nasab dengan anak paman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang bertemu dengannya pada silsilah ‘Abdi Manaf. Beliau dilahirkan tahun 150 H. Para ulama sepakat bahwa beliau adalah orang yang tsiqah, amanah, adil, zuhud, wara’, ‘alim, faqih dan dermawan. Beliau wafat di Mesir th. 204 H dalam usia 54 tahun. Di antara kitab-kitab karya beliau adalah kitab al-Umm dalam bidang fiqih, ar-Risaalah dalam ushul fiqih dan lainnya. Lihat Siyar A’laamin Nubalaa’ (X/5-99). Untuk menge-tahui lebih jelas tentang manhaj Imam asy-Syafi’i dalam masalah ‘aqidah dapat dilihat pada kitab Manhajul Imam asy-Syafi’i fii Itsbaatil ‘Aqiidah karya Dr. Muham-mad bin ‘Abdil Wahhab al-‘Aqiil, cet. I-1419 H, dalam dua jilid.
[15]. Lihat Siyar A’laamin Nubalaa’ (X/60).
[16]. Al-Fishaal fil Milaal wal Ahwaa’ wan Nihaal II/271-Daarul Jiil, Beirut


Jumat, 20 Februari 2009

RENUNGAN

TETAPLAH DISINI



Saudariku…

Bersyukurlah atas petunjuk Allah yang telah menuntun kaki kita menapaki jalan hidup bersama kafilah dakwah ini.

Sungguh… inilah nikmat yang teramat mahal harganya. Nikmat yang tak ada bandingannya. Karena dengan nikmat inilah kita bisa merasakan kesenangan menuai kebersamaan di atas jalan dakwah.

Karena nikmat Allah itu kita bisa mengecap manisnya sebuah pengorbanan, nikmatnya kesempitan, lapangnya sebuah pengorbanan, nikmatnya kesempitan, lapangnya kesulitan yang tak dirasakan oleh orang lain.

Begitulah janji Allah kepada hamba-hambanya yang berjalan di jalannya, dalam qur’an surah Muhammad ayat 7 :

Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, niscaya Alah akan menolong kalian dan akan meneguhkan kedudukan kalian.


Karena itu Saudariku…

Menempuh jalan ini jelas bukan perkara mudah.

Kita perlu bekal, bekal yang dapat mengecilkan semua kesulitan. Bekal yang dapat menebus dagangan Allah yaitu syurganya, sebagaimana Allah berfirman dalam qur’an surah At-Taubah ayat 111.

Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka terbunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung”


Saudariku… yang kucintai karena Allah

Renungkanlah dalam-dalam ada tiga bekal yang harus kita miliki sepanjang perjalanan ini. Bekal paling utama adalah keikhlasan, bagaimana saudariku apakah keikhlasan itu ada pada dirimu? … Bekal kedua adalah ilmu, dan ilmu ini kita dapatkan lewat tarbiyah-tarbiyah kita. Dari tarbiyah inilah muncul sesosok Abu Bakar Ash-Shiddiq yang rela mengorbankan seluruh hartanya untuk jalan dakwah ini. Lewat tarbiyah ini pula lahir seorang Mus’ab bin Umair yang rela meninggalkan orang tuanya dan segala kekayaannya demi Allah dan Rasul-Nya. Dan Bekal yang ketiga adalah saling menasehati.

Bukankah Allah Subhanahu Wata’ala dalam surah Al-Asr berkata.

Demi masa sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan serta saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”


Saudariku… teman seperjuanganku

Allah masih menghimpun kita dalam kebersamaan di jalan ini. Bersama dalam cita-cita dan harapan. Bersama dalam lantunan do’a dan pinta. Bersama dalam beribadah, bertasbih, dan berdzikir. Inilah karunia hidup yang sangat mahal, setelah hidayah dan keimanan pada Allah kepada kita. Semoga kebersamaan ini adalah bukti kesetiaan kita pada petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala. Kebersamaan yang tak pernah lekang oleh terik panas matahari, kesetiaan yang tak pernah luluh oleh terpaan masa.


Saudariku, para tentara-tentara Allah…

Mari lanjutkan iringan langkah kita. Bersama-sama menuntun dan saling memberi pelita agar langkah kita tidak menyimpang dari jalan yang benar. Bersama-sama saling memompa semangat agar tekad kita terpelihara sampai tujuan hidup akhir.

Wahai para mujahidah-mujahidah Allah…

Perjalanan panjang hanya bisa ditempuh dengan keseriusan dan berjalan waktu malam. Jika seorang musafir menyimpang dari jalan, dan menghabiskan waktu malamnya untuk tidur, kapan ia akan sampai ke tujuan?


Untuk itu…

Tetaplah disini saudariku.

Di jalan keimanan.

Di jalan keislaman.

Tetaplah bersama-sama meniti jalan ini sampai usai.

Kita semua mungkin telah letih.

Karena perjalanan ini amat panjang dan amat berliku. Tapi, tetaplah disini dan jangan menjauh. Yakinlah, kenikmatan yang kita reguk di jalan ini, jauh lebih banyak ketimbang yang dilakukan orang-orang yang lalai. Keindahan yang ktia alami disini, sangat lebih indah daripada keindahan yang kerap dibanggakan oleh mereka yang jauh dari jalan ini. Jangan berharap atau tertipu dengan fatamorgana kenikmatan, keindahan, kebahagiaan, dan semua yang telah kita lihat dari orang-orang yang jauh dari tuntunan Allah.

Tetaplah Disini.