Tingkatan seorang muslim

Seorang Muslim hendaknya berilmu sebelum mengamalkan apa yang ia ketahui, kemudian mendakwahkannya

Keutamaan Shalat Isroq

Setiap muslim tentunya menginginkan pahala yang besar dari setiap ibadahnya, salah satunya shalat isroq yang dilalaikan pada saat ini

Tips menghafal Al Qur'an bagi orang sibuk

Kurangnya pengetahuan kita mengenai manajemen waktu membuat kita belepotan dalam menghafal.

Bunga Yang Istimewa Hanya untuk Yang Istimewa

Allah telah menjamin bagi orang-orang yang selalu memperbaiki diri, dengan pasangan yang memperbaiki diri. begitu juga yang Istimewa sebagaimana diibaratkan cermin

Tips Menjemput Jodoh

Jodoh adalah persoalan yang sensitif bagi ereka yang merasa berumur, mari mempersiapkan diri

Kamis, 11 Agustus 2011

Kalau Engkau Jantan, Nikahilah Aku !! (jangan cuma mengajak berpacaran !!!!!!)

Jika seorang pria tulus mencintai wanita tentu sang pria berharap sang wanita selalu selamat dan tidak mungkin sang pria secara sengaja mencelakakan wanita.

Kecuali jika sebenarnya hanyalah nafsu yang berkedok cinta maka bisa saja si pria tidak peduli dengan keselamatan wanita asalkan hasratnya terpenuhi, dia tak peduli apakah si wanita akan celaka atau tidak, yg penting dirinya senang.

Pacaran " Oh No"

Betul nggak, sih?
Apa iya, pacaran itu haram?

Cinta Itu Indah, Cinta Itu Anugerah

Duile … puitis banget. Tapi, cinta itu memang indah, kok. Dan cinta memang merupakan anugerah yang dikaruniakan Alloh SWT kepada manusia dan seluruh makhluk penghuni jagad ini. Dengan cinta, kehidupan manusia menjadi berwarna sehingga manusia merasa berbahagia.


Cinta memang bisa tumbuh dan bersemi kapan saja, di mana saja, dan bisa menimpa siapa saja. Kita baru sadar bahwa kita mencintai seseorang ketika kita sudah jatuh cinta. Kita tidak pernah tahu kapan awalnya, tiba-tiba kita sudah terlanjur cinta. Nggak ada tuh ceritanya cinta minta izin dulu kalau mau lewat atau singgah. Yang ada juga main nyelonong aja.


Witing Tresna Jalaran saka Kulina

Hmm … pasti sudah hafal banget, deh, sama pepatah Jawa yang satu itu. Yup! Kurang lebih artinya adalah asalnya cinta lantaran sering bersama. Dalam hal ini, cinta antara dua manusia, baik sesama jenis maupun berlawanan jenis, biasanya dikarenakan mereka ini sering bersama. Ke sekolah atau kampus atau tempat kerja bersama, belajar bersama, mengerjakan tugas bersama, makan bersama, jalan bareng ke mall, toko buku, nonton film, dan sebagainya.

Dari hubungan antarmanusia itu, kemudian muncul emosi yang saling mengikat satu sama lain. Emosi kemudian memunculkan rasa cinta dalam diri manusia.


Hari Gini Nggak Punya Pacar, Apa Kata Dunia?

Begitulah kira-kira anggapan anak muda zaman sekarang. Di mana-mana ada pacaran. Di kalangan masyarakat, anak-anak sekolah, mahasiswa, sampai lingkungan kerja. Pokoknya, di mana saja, deh. Bikin gerah ….

Parahnya, yang pacaran itu bukan hanya mereka yang terbiasa mengenakan you can see dan jeans ketat, yang hobi keluyuran di mall, atau mereka yang belum mengenal ajaran Islam. Di antara pelaku pacaran itu ada pula yang memakai kerudung dan berbusana muslimah. Mereka yang sebenarnya paham bahwa pacaran itu saudaranya zina, kok, tetap melakukannya. Miris, kan?

Memang, saat ini pacaran sudah dianggap sebagai tren. Sehingga jika ada yang tidak berpacaran, akan dianggap aneh. Ditambah lagi dengan pemberitaan media, baik cetak maupun elektronik, yang mengekspos pacaran. Berita seputar gosip artis, sinetron, dan reality show yang mengusung, mendorong, mengompori, bahkan memfasilitasi supaya orang berpacaran. Gila nggak tuh?

Makna cinta pun bergeser menjadi sebatas pacaran saja. Atas nama cinta, jadi longgarlah batasan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan dalih cinta, nafsu diumbar bukan pada tempatnya. Mulai dari bertatapan, terus pegangan tangan, terus berpelukan, terus berciuman, terus, terus, terus (kayak tukang parkir) kebablasan, deh. Antara makna cinta dengan nafsu menjadi bias.

Padahal, cinta itu suci, cinta itu murni. Mengapa cinta dijadikan kedok untuk menyamarkan nafsu kebinatangan manusia?


Pacaran = Pengecut

Lho, kok, bisa?

Iya, dong. Kalau pacaran, kan, bisa senang-senang saja, diambil manis-manisnya saja. Kalau nanti sudah asam, apalagi pahit, tinggal putus saja. Seperti kata pepatah, habis manis sepah dibuang. Tebu, dong!

Hubungan macam apa itu? Seenaknya saja putus nyambung putus nyambung (jadi kayak lagu). Itu mempermainkan perasaan orang lain. Jahat tahu! Bikin orang lain sakit hati. Belum lagi yang suka gonta-ganti pacar. Astagfirullah ….

Berbeda dengan pernikahan yang disertai tanggung jawab. Ketika mengarungi bahtera rumah tangga, mereka merasakan kebahagiaan bersama. Lalu, ketika timbul masalah, mereka akan menghadapinya bersama pula. Ibarat kata, susah senang ditanggung bersama.

Ketika menikah, pasangan melakukan perjanjian yang agung dengan Alloh SWT. Tidak sekadar nembak seperti orang pacaran. Jadi, menikah itu menuntut tanggung jawab yang besar. Orang yang tidak mau menikah dan hanya mau pacaran, berarti dia pengecut.

Mungkin ada yang beranggapan begini, “Kami mau melakukan penjajakan dulu. Nanti dululah menikah. Kenapa harus buru-buru? Agresif banget, sih. Jadi orang yang sabar, dong.”

Eits, tunggu dulu! Nggak salah tuh? Justru orang yang berpacaran itu yang agresif dan tidak sabaran. Sampai-sampai, tidak bisa mengendalikan nafsunya sendiri. Buktinya, belum berani menikah, kok, mau pegang-pegang anak orang? Kelihatan, kan, nafsunya lebih gede ketimbang otaknya?

Lagi pula, mungkin saja pasangan yang berpacaran itu merasa bahwa mereka sedang berusaha saling memahami. Tapi, yang terjadi sebenarnya tidaklah demikian. Kenyataannya, orang yang pacaran itu berusaha tampil lebih baik dari yang sebenarnya. Memang tidak ada salahnya memperbaiki diri, malah bagus itu. Tapi, kalau kita lantas menjadi sosok yang bukan diri kita, itu berarti kita sedang membohongi diri kita sendiri. Konyol, kan?

Yang lebih parah adalah ketika terjadi pergeseran orientasi dalam setiap perbuatan dan aktivitas kita. Kita jadi rajin shalat, puasa, pemberani, tekun belajar, giat bekerja, dan lain-lain bukan karena Alloh lagi, melainkan karena si dia. Nah, lho? Kalau semua karena si dia dan untuk si dia, lantas yang kita simpan buat bekal di akhirat apa, dong?

Idealnya, kita berusaha menjadi manusia yang senantiasa memperbaiki diri, baik itu ada si dia maupun tidak. Seluruh perbuatan kita semestinya hanya karena Alloh SWT. Tapi, selama kita masih pacaran, kayaknya hampir mustahil untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya.

Teman, ketika seseorang berpacaran, yang tampak adalah yang indah-indah dan baik-baik saja. Setelah menikah, baru kelihatan sisi negatif pasangannya. Jadinya, kecewa. Berbeda dengan pasangan yang menikah tanpa pacaran, mereka akan tampil apa adanya. Sisi positif dan negatif akan tampak secara lebih obyektif.


Jadi???

Sebenarnya, tidak ada salahnya, kok, kalau kita memiliki rasa tertarik terhadap lawan jenis. Itu normal. Justru tidak normal jika kita memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis. Na`udzubillahi min dzalik.

Al-Quran pun mampu memberikan jawaban atas fenomena ini.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran: 14).

Jadi, memang sudah fitrah setiap manusia untuk memiliki cinta. Karena sumber dari segala sumber cinta adalah Alloh, maka awal dari setiap rasa cinta dan kepada siapa pun rasa cinta itu, harus tetap berpangkal pada-Nya.

Teman-Teman tentu pernah mendengar ungkapan ini, kan? Ana uhibbuki fillah (kalau diucapkan pada laki-laki menjadi ana uhibbuka fillah), yang artinya aku mencintaimu karena Alloh.

Nah, dalam urusan cinta ini, Alloh telah memasang rambu-rambu yang jelas. Misalnya, dalam pergaulan dengan lawan jenis.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra`: 32).

Coba, deh, Teman-Teman baca, resapi, dan pahami kalimat Alloh tersebut. Sedetik, dua detik, tiga detik ….


Yup! Alloh tidak hanya melarang kita berbuat zina, tetapi juga melarang kita mendekati zina. Pacaran sendiri jelas-jelas menjurus ke arah perbuatan zina. Buktinya, banyak yang hamil di luar nikah gara-gara pacaran.

Jadi …


PACARAN = MENDEKATI ZINA = TIDAK BOLEH = HARAM

Lagi pula, dalam berpacaran, sepasang manusia berbeda jenis ini tidak akan lepas dari aktivitas berpelukan (mau nyaingin teletubbies, nih, ceritanya …), berciuman, atau paling tidak berpegangan tangan dan bertatapan. Hayooo, ngaku …!

Dan tahukah, Teman-Teman, bahwa semua itu sudah termasuk zina. Jadi, zina itu bukan making love saja.

Simak, deh, hadits berikut.

“…. Zina mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan. Zinanya hati adalah ingin dan berangan-angan ….” (HR. Muslim dan Abu Hurairah).

Jadi …

PACARAN = HARAM

Lantas, apakah tidak boleh berteman dengan lawan jenis? Apakah berteman harus dengan sesama jenis saja?

Teman, tidak ada yang salah dengan yang namanya bergaul. Siapa, sih, manusia yang bisa hidup sendirian? Setiap orang pasti ingin mempunyai teman. Karena menurut pelajaran kewarganegaraan (dulu PPKn, dulunya lagi PMP), manusia adalah makhluk sosial.

Bahkan, Alloh Swt berfirman:

“Hai, manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal ….” (Al-Hujurat: 13).

Jadi, bergaul dengan siapa saja, mah, sah-sah saja, atuh. Seperti yang Alloh firmankan, manusia memang diciptakan ada dua jenis, laki-laki dan perempuan. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak mungkin berteman dengan laki-laki saja atau perempuan saja.

But …, ada yang perlu diperhatikan ketika kita berteman dengan lawan jenis. Apaan tuh? Jaga jarak aman, dong! Cukup berteman biasa saja. Kita berhubungan dan bergaul sebatas keperluan yang penting-penting saja pada setiap kondisi. Oke?


Mutusin Doi? Hiks, Hiks, Hiks …
Kita sudah membicarakannya bersama-sama dan dengan baik-baik (kayak musyawarah saja). Kita juga sudah sama-sama tahu dan sepakat (yang tidak sepakat, awas! hehehe …) bahwa PACARAN ITU HARAM. Jadi, jauh-jauh, deh, sama yang namanya pacaran.

Nah, bagi yang terlanjur pacaran, mesti bagaimana? Tidak perlu bingung. Stop pacaran dan bertaubat kepada Alloh SWT yang telah menciptakan kita.

Biar lebih ngeh, ini dia langkah-langkah yang mungkin bisa Teman-Teman tempuh dalam rangka memutuskan si doi.

1. Cari tahu manfaat dan kerugian pacaran. Dengan mengetahui dan menyadari kerugian-kerugian yang akan dan mungkin akan ditimbulkan oleh aktivitas pacaran, Teman-Teman akan lebih mudah untuk memutuskan si doi.

2. Bertekad kuat. Kalau sudah bertekad untuk putus hubungan dengan nyamuk, eh, maksudnya putus sama doi, Insya Alloh tinggal pelaksanaannya saja. Karena itu, Teman-Teman membutuhkan lingkungan yang mendukung tekad itu. Salah satunya bisa dengan bergaul bersama orang-orang yang selalu mengingatkan kita pada kebenaran dan kebaikan.

3. Katakan putus pada si dia

“Kita putus!”
“Kenapa?”
“Pokoknya, kita putus. Pacaran tuh dosa, tahu!”

Waduh! Tentu saja tidak perlu sesadis dan sekejam itu dalam mengatakan kata putus. Katakanlah baik-baik bahwa dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Ada, sih, tapi nanti setelah menikah.

Memang hal ini berat untuk dijalani. Tapi, lebih baik berat sekarang daripada berat nantinya, MBA misalnya. Lebih berat lagi, ketika kita harus mempertanggungjawabkannya di akhirat. Iya, kalau di dunia, sih, kita masih bisa ngeles-ngeles karena begini, karena begitu, karena faktor ini, faktor itu. Nah, kalau di akhirat, mana mungkin?

Kalau si doi tidak mau menerima, santai sajalah. Dia, toh, bukan suami/istri dari Teman-Teman. Dia cuma pacar. Dan pacaran itu hubungan yang ilegal. Kalau yang legal namanya pernikahan.


Sadis bin kejam, ya?

Begini, deh. Pertama, batasi pertemuan dengan sang mantan. Terus, kurangi intensitas SMS dan telepon. Insya Alloh, lama-lama perasaan di antara kalian akan memudar. Jangan khawatir. Kalau memang jodoh, tidak akan lari ke mana, kok.

Nah, Teman, jangan sedih gara-gara ditinggal pacar atau karena meninggalkan pacar. Dunia ini bukan hanya milik kalian berdua saja. Coba tengok saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Mereka kehilangan harta, tempat tinggal, bahkan orang-orang yang mereka kasihi. Ayah, ibu, anak, kakak, adik, tetangga, serta sanak famili. Kayaknya, putus sama pacar nggak ada apa-apanya, deh, dibandingkan dengan penderitaan mereka. So, don`t be sad!

Teman, jangan takut dan cemas kalau tidak punya pacar. Sudah terbukti bahwa pacaran tidak menjamin seseorang menemukan jodoh terbaik mereka. Berbahagialah kita yang ikhlas menjadi jomblo karena Alloh.

Bukankah rezeki, jodoh, dan ajal sudah ditetapkan oleh Alloh? Kita percaya pada Alloh, kan? Ketika kita bersikeras untuk pacaran demi mendapatkan jodoh yang pas, berarti secara tidak sadar, kita sudah meragukan janji Alloh tersebut.

Kita memang harus berusaha untuk mencari jodoh yang terbaik, tapi bukan dengan pacaran caranya.

Jadi, kalau kita ingin mendapatkan jodoh yang terbaik, tentu dari sekarang kita harus memperbaiki diri terlebih dahulu.

Tak lupa kita juga harus senantiasa memohon kepada Alloh agar selalu berada dalam lindungan-Nya.

“Ya Alloh, aku berlindung pada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, dari hati yang tak pernah tenang, dari doa yang tak didengar, dan dari nafsu yang tak pernah kenyang.” (HR. An-Nasai).



So, mulai sekarang, kita ganti statement-nya menjadi:

HARI GINI MASIH PACARAN, APA KATA DUNIA???
sumber:
http://riyad-afif.blogspot.com/2010/11/pacaran-itu-haram-betul-ngga-siih.html

Shalat Taubat dan Syaratnya


Tanya:
Apakah ada shalat taubat? Tolong sebutkan syarat-syarat orang yang bertaubat?

Dari Ali -radhiallahu anhu- dari Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Tidaklah seseorang melakukan perbuatan dosa lalu di bangun dan bersuci, kemudian mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon ampunan kepada Allah melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya.” (HR. At-Tirmizi, Abu Dawud dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh Asy-Syaikh Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmizi I/128)
Hadits di atas dijadikan dalil oleh para ulama akan adanya shalat sunnah taubat, sebagaimana yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul dalam kitabnya Bughyatul Muthathawwi’ fii Shalat at-Tatawwu’.
Dan hadits ini juga didukung oleh keumuman firman Allah Ta’ala,“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”(QS. Ali Imran : 135)
Mengenai jumlah rakaatnya tidak ada dalil yang menjelaskannya. Sehingga jumlah rakaatnya seperti Sholat - sholat sunnah pada umumnya. Wallahu A'lam. 
Adapun syarat diterimanya taubat, maka Asy-Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi -hafizhahullah- menyebutkan ada delapan, yaitu:
1. Taubatnya harus ikhlas, hanya mengharapkan dengannya wajah Allah. Taubatnya bukan karena riya, bukan pula karena sum’ah (keinginan untuk didengar) dan bukan pula karena dunia.
2. Berlepas diri dari maksiat tersebut.
3. Menyesali dosa yang telah dia kerjakan tersebut.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi maksiat tersebut.
5. mengembalikan apa yang kita zhalimi kepada pemiliknya, kalau kezhalimannya berupa darah atau harta atau kehormatan.
Kami katakan: Maksudnya kalau kita menzhalimi seseorang pada darahnya, harta atau kehormatannya, maka kita wajib untuk meminta maaf kepadanya dan meminta kehalalan darinya atas kezhaliman kita.
6. Bertaubat sebelum roh sampai ke tenggorokan (sakratul maut).
7. Siksaan belum turun menimpa dirinya.
8. Matahari belum terbit dari sebelah barat.
[Fawaid Ammah 5 dari www.shrijhi.com]
Wallahu a’lam.

100 catatan penutup Mahasiswaku


Alhamdulllah aku bukan mahasiswa lagi, tapi aku berharap bisa menjadi mahasiswa lagi entah tahun ini atau akan datang.
beribu kenangan yang indah di kampus orange ini. tidak akan kulupa mulai dari proses ospek hingga laporan yang terpantul pantul seperti bola akan selalu kuingat. dan sekarang masa depan yang masih putih akan kuarungi untuk ku ukir dengan tinta pengalamanku .

"Mbak Kulo Kimia"


Motivasi itu masih ada dalam diriku walaupun sudah ada semenjak 9 tahun yang lalu ketika masuk di kelas I D di madrasah Tsanawiyah model pare, bertepatan pada hari itu pelajaran fisika yang di ajar oleh pak yono. ketika itu bapak yono menjelaskan mengenai pembagian-pembagian ilmu pengetahuan alam (IPA). bapak bertanya kepada kami mengenai itu maka banyak yang menjawab IPA itu dibagi menjadi dua tapi aku malah menjawab  dibagi 3. maka langsung saja pak yono memandangiku dan bertanya dengan logat jawanya ' kau zaenal lhakok mbok jawab telu opo2 ae kui sebutne se (lha kenapa dijawab  3 apa2 saja itu sebutkan), maka kujawab "pertama fisika kemudian biologi dan ketiga kimia pak"jawabku.  "kenapa disebutkan kimia" tanya pak yono , maka kujawab "mergakne mbak kulo belajar kimia". Namun karena pak yono sudah tua dan mungkin pendengarannya rada'2 tul maka " ia kaget " haa mbak kulo kimia( haa kakakmu kimia)"maka sontak teman2ku tertawa "bukan pak tapi mbak saya belajar kimia"belaku. dan itulah sapaanku kemudian oleh pak yono ketika aku belajar pelajarannya yaitu fisika. "mbak kulo kimia"

6 tahun sesudahnya Alhamdulillah aku lulus di Universitas Negeri Makassar dengan jurusan kimia. entah aku rasa ini takdirku dari kata-kata itu "mbak kulo kimia" akhirnya empat tahun aku bergelut  dengan kimia hingga saat ini dan ternyata pada akhir studiku ini aku tahu bahwa memang kakakku itu adalah jurusan kimia karena disinilah aku belajar mengenai jati diriku. aku belajar mengenai kebesaran Allah yang telah menciptakan atom yang begitu kecil dan sebagainya. dan pada saat ini, aku masih tetap teringat sambil tersenyum bahwa mbak kulo kimia.

sungguminasa, catatan motivasikiu

Bukan Laskar Pelangi

Bismillah Wal Hamdulillah atas sebuah kesyukuran yang tidak terhingga atas rahmat serta hidayah yang Allah subhanahu Wata'ala berikan kepada hambaNya. ceritaku dimasa ketika aku menginjakkan kaki di bangku Madrasah Ibtidaiyah YPSM di Desa yang aku cintai yaitu desa Lamong, entah apa yang ada dibenakku waktu itu ketika ibuku mengantarkanku masuk sekolah di hari pertama dengan naik sepeda. Walaupun sekolah ini tidak asing bagiku karena hampir setiap hari aku melewatinya untuk sekolah di TK Aisyiyah Bustanul Atfal V yang berdampingan dengan sekolah ini. Namun itulah yang terjadi di hari pertama aku belajar di Madrasah ini. Aku tidak terlalu ambil pusing apakah aku masuk di SD atau Madrasah Ibtidaiyah waktu itu, tetapi suasana ini adalah suasana yang lain dimana disinilah aku akan menempuh pendidikanku selama 6 tahun Insyaallah. Dengan teman yang sama dari TK akupun duduk di kelas satu. Sekolah ini tidak memiliki keistimewaan namun aku hanya tahu bahwa sekolah ini adalah sekolah nya kaka-kakakku dulu.  Memang aku adalah anak terakhir dari delapan bersaudara dan hampir semua kakaku sekolah di sini kecuali dua kakak pertama dan keduaku karena sebelumnya keluargaku tinggal di desa seberangnya yaitu desa Bringin. Kami satu kelas ada 11 orang , itulah teman-temanku sampai aku lulus dan sekolah di Madrasah Tsanawiyah Model Pare( Bersambung)

Renungan


Sebuah kehidupan tidak akan pernah lekang dari namanya masalah, namun tergantung dari bagaimana menyikapi masalah tersebut.
kehidupan tanpa adanya masalah seperti makan nasi tanpa garam tetapi bila kebanyakan garam maka makananpun akan terasa tidak enak, terlebih bila tanpa garam maka rasanya akan hambar. saudaraku masalah bisa diartikan penyimpangan dari rencana dengan kenyataan yang terjadi, namun saudaraku pernahkah kita berpikir dengan adanya masalah maka hidup kita akan berubah, pola pemikiran kita juga akan berubah. maka kan kusambut masalah itu dengan baik

Renungan Malamku

apa sesudah ini?? itulah yang menggelayuti pikiranku saat ini. gelar SPd sudah ada di depan mata, namun masih mengambang sebuah masa depan yang masih putih tak tergambar. ternyata beginilah hidup. setelah kita mengejar apa yang kita cari tetapi pada akhirnya bingung terhadap apa yang kita dapat. begini pale kalau mau selesai. kupikir begitu tersiksanya semester 1-5 dahulu untuk kejar asisten, begadang sampai pagi, sampai2 mesin ketik masuk juga dalam tas, laporan yg tak kunjung di ACC terus terpantul begitu saja setelah selesai dikerja naik sepeda panas2 ke kampus, hujan2 naik sepeda ke kampus sampai2 laporan dan bukupun basah kena air. itulah kehidupanku. huft sekarang aku telah berbeda. tidak ada lagi laporan, tidak ada lagi tugas asistensi, bahkan mask lab pun sudah jarang. capek lihat bahan dan baunya.
sebuah nasehat ulama
Ketahuilah bahwa setiap nikmat selain daripada nikmat surga maka itu akan hilang dan setiap ujian(musibah) selain daripada musibah neraka pasti itu adalah kebaikan.

tinggal aplikasi dari ini semua.
Wallahu '
A'lam

Kisah Ali dan Fatimah Rhadiyallahu Anhuma


Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!