Tingkatan seorang muslim

Seorang Muslim hendaknya berilmu sebelum mengamalkan apa yang ia ketahui, kemudian mendakwahkannya

Keutamaan Shalat Isroq

Setiap muslim tentunya menginginkan pahala yang besar dari setiap ibadahnya, salah satunya shalat isroq yang dilalaikan pada saat ini

Tips menghafal Al Qur'an bagi orang sibuk

Kurangnya pengetahuan kita mengenai manajemen waktu membuat kita belepotan dalam menghafal.

Bunga Yang Istimewa Hanya untuk Yang Istimewa

Allah telah menjamin bagi orang-orang yang selalu memperbaiki diri, dengan pasangan yang memperbaiki diri. begitu juga yang Istimewa sebagaimana diibaratkan cermin

Tips Menjemput Jodoh

Jodoh adalah persoalan yang sensitif bagi ereka yang merasa berumur, mari mempersiapkan diri

Rabu, 28 September 2011

Jadilah baja yang bersahabat dengan Palu, jangan menjadi kaca

oleh Arif Zaenal Arifin pada 27 September 2011 jam 14:58

"Palu menghancurkan kaca, tapi palu membentuk baja."
Apa makna dari pepatah kuno Rusia ini?

Jika jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu masalah menghantam kita, maka dg mudah kita putus asa, frustasi, kecewa, marah dan jadi remuk redam.

Jika kita adalah kaca, maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat kita berhubungan dengan orang lain. Sedikit benturan sdh lebih dari cukup untuk menghancurkan hubungan kita.

Jangan pernah jadi kaca, tapi jadilah baja. Mental baja adalah mental yg selalu positif, bahkan tetap bersyukur disaat masalah dan keadaan yg benar2 sulit tengah menghimpitnya.

Mengapa demikian?
Orang yang seperti ini selalu menganggap bahwa masalah adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik. Sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yg lebih berguna setelah lebih dulu diproses dan dibentuk dg palu. Setiap pukulan memang menyakitkan, namun mental baja selalu menyadari bahwa itu baik untuk dirinya.

Jika hari ini kita sedang ditindas oleh masalah hidup, jangan pernah merespons dengan sikap yg keliru.

Jika kita adalah "baja" kita akan selalu melihat palu yg menghantam kita sbg sahabat yg akan membentuk kita.

Sebaliknya jika kita "kaca" maka kita akan selalu melihat palu sebagai musuh yg akan menghancurkan kita

source : http://raymondaurelia.blogspot.com/2011/...-palu.html

Akhiy, Engkau Telah Kutembak Mati!! (Surat Terbuka Kedua Untuk Para Akhiy)

oleh Arif Zaenal Arifin pada 10 September 2011 jam 18:38

Bismillah


Kamar tercinta,
07 September 2011
23.46 WIB

Terkhusus untukmu wahai akhiy nan bersahaja lagi bisa menjaga prasangka,
Di bawah kolong langit Allah manapun engkau ber-atap pada.

Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Akhiy, apakah sepucuk surat yang kukirimkan sedari kemarin kepadamu telah selesai engkau baca-i dan pula engkau fahami? Telah bisakah engkau mengartikan setiap rangkaian kata yang aku goreskan bersama ledakan emosiku yang tiada terkira saat surat itu aku tulisi?

Akhiy, Ini Aku Dan Segeralah Engkau Pinang Aku (Surat Terbuka Pertama Dari Dua Surat Untuk Para Akhiy)

oleh Arif Zaenal Arifin pada 10 September 2011 jam 18:36

Bismillah…


Bumi Allah, 03 September 2011
Pukul 22.50 WIB


Terkhusus untukmu wahai akhiy yang senantiasa aku damba,
Di bagian bumi Allah manapun engkau berada.


Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh,


Akhiy, semoga engkau dalam perlindungan dan penjagaan Allah selalu. Akhiy, ini aku. Aku adalah seorang ukhty muslimah nan senantiasa menunggumu di depan pintu hati dan pula di depan pintu rumahku, insya Allah.

Duniaku yang menyapu Mataku

oleh Arif Zaenal Arifin pada 09 September 2011 jam 19:58

Ketika dunia begitu menggoda jiwa, pernahkah engkau membayangkan bahwa ia begitu rapuh seperti nenek-nenek yang dipoles  sehingga seakan-akan cantik menggoda, kemudian engkau pun berlomba-lomba untuk meminangnya. Aku sedikit kecewa dengan apa yang terjadi, namun tak boleh disangkal bahwa itu hanya sebuah kekecewaan yang semu, Bagaimana aku merasa iri dengan dunia sedangkan Akhiratku tertinggal. Aku masih mengingat sebuah perumpamaan yang disampaikan seorang ustadz bahwa kita (kaum muslimin) sekarang seperti seorang anak kecil, ketika kita diberi pilihan untuk memilih antara cek uang bernilai satu Milyar yang tinggal kita cairkan saja dengan segenggam permen, namun kita memilih segenggam permen. Bukankah kita seperti anak kecil???
cobalah kita merenung wahai jiwa yang kerdil, uang yang senilai 1 M kita menolaknya dan lebih memilih permen daripada cek tersebut. Begitu besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang yang beramal sholeh, namun kita lebih memilih  dunia yang seperti segenggam permen.

Sedikit puisi

oleh Arif Zaenal Arifin pada 08 September 2011 jam 14:18

Bidadariku......
Namamu tidak terukir dalam catatan harianku
Asal Usulmu tak hadir dalam diskusi kehidupanku
Wajah Wujudmu tak terlukis dalam sketsa-sketsa mimpi-mimpiku
Indah suaramu tak terekam dalam pita batinku
Namun engkau hidup mengaliri pori-pori cinta dan semangatku
Sebab engkau adalah hadiah agung dari Tuhan untukku
Bidadariku.........
Seorang perempuan sholihah yang akan menjadi bidadariku
yang akan kucintai sepenuh hati  dalam hidup dan mati
yang akan aku harapkan menjadi teman perjuangan merenda masa depan
dan menapaki jalan Ilahi, itu siapa?
Aku tak tahu
ia masih derada dalam alam ghaib yang belum dibukakan Tuhan untukku
Jika waktunya tiba semuanya akan terang

(maaf tidak mau men-tag)
siapa tau nanti tersinggung atau disinggung. n_n

Ramadhan Yang Berlalu

oleh Arif Zaenal Arifin pada 07 September 2011 jam 17:14

Kita mengetahui bahwa Ramadhan telah pergi dari kita dengan disambut bulan syawal yang muliah. Ramdahan adalah bulan yang berbilang dimana kita mengetahui bahwa ia pasti berlalu di setiap satu tahun kehidupan kita. Ketika kita memasuki bulan Ramadhan (Bagi mereka yang merasa memilikinya) ada perasaan senang dalam diri kita bahwa dengan datangnya Ramadhan maka pintu surga terbuka lebar-lebar. Ketika  kita memasuki 10 terakhir dari bulan Ramadhan kita berusaha untuk meningkatkan ibadah kita di sisiNya. Namun Pernahkah kita membayangkan bahwa kehiudupan kita adalah suatu bilangan yang tidak pasti, berbeda dengan Ramadhan yang pasti datangnya setiap tahunnya.
Seandainya kita ketahui bahwa kehidupan kita adalah bilangan yang pasti maka pasti kita hanya lebih banyak memforsir ibadah kita hanya pada sepuluh akhirnya saja (entah ini benar atau tidak) tapi begitulah watak manusia.Kebanyakan  ketika kita memasuki hari H kita selalu disibukkan dari apa yang akan kita hadapi. Namun Allah berkehendak lain bahwa Kehidupan dan kematian adalah sesuatu yang tidak pasti kapan berakhir dan datangnya. Bila bulan Ramadhan yang pasti dan kirta tahu akan berakhirnya kita berusaha beribadah dengan giat pada sepuluh akhirnya namun kenapa kita tidak mempersiapkan yang lebih banyak pada akhir kehidupan dengan datangnya kematian yang berbilang namun tidak pasti kapan datangnya.
tanya pada hati nurani kita....  Kenapa???????????
Abu Hudzaifah Al Faruqy
Jembatan Kembar Sungguminasa, 7 Syawal 1432 H 03:12PM

Spesial yang mau W5H (Ta'aruf)


oleh Arif Zaenal Arifin pada 07 September 2011 jam 16:50
kemungkinan catatan kali ini hanya ingin menshare sebuah pengetahuan bagi para calon suami dan calon istri yang banyak dianggap asing bagi mereka yang baru mengenal islam yang sesungguhnya. walaupun hanya sebuah copas (copy Paste) Namun Ambil ilmunya saja.
Ta'aruf (bukan perkenalan biasa) yang akan mengantarkan dua orang insan kepada mahligai terindah dalam kehidupan manusia yaitu pernikahan. Namun Kebanyakan kita masih belum terlalu  mengetahui cara-cara ta'aruf yang baik. berikut ulasannya.
kiat-kiat ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah, :
1.Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
2.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.

3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.
Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir.

4.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran).
Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim tersebut.
5.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi.
6.Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
7.Tentukan waktu dan tempat pernikahan
Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan.
Semoga dengan menjalankan kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahu A'lam.
diambil dari Ta'aruf dengan sedikit tambahan

Satu Ayat Saja

oleh Arif Zaenal Arifin pada 17 Agustus 2011 jam 12:07

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Seputar perawi hadits :
Hadits ini diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Su’aid bin Sa’ad bin Sahm As Sahmiy. Nama kunyah beliau Abu Muhammad, atau Abu Abdirrahman menurut pendapat lain. Beliau adalah salah satu diantara Al ‘Abaadilah (para shahabat yang bernama Abdullah, seperti ‘Abdullah Ibn Umar, ‘Abdullah ibn Abbas, dan sebagainya –pent) yang pertama kali memeluk Islam, dan seorang di antara fuqaha’ dari kalangan shahabat. Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada peperangan Al Harrah, atau menurut pendapat yang lebih kuat, beliau meninggal di Tha’if.
Poin kandungan hadits :

hmm

Ku tuliskan sebuah planning kehidupan di atas sebuah semangat dan keyakinan bahwa "Man jadda maa wajada" siapa yg berusaha pasti dia akan mendapatkannya. Tetapi aku juga tidak boleh melupakan bahwa Allahlah pemegang mutlak dari penghapus dan pulpennya. 
Maka akan kuikhlaskan ketika Allah menghapus planningku dan menuliskan dengan planning yg MenurutNya terbaik buatku