Selasa, 24 Februari 2009

khutbah seragam palestina

Khutbah Jum’at Seragam Wahdah Islamiyah

TANAH AL-AQSHA TELAH MEMANGGIL KITA!

Catatan: Setelah muqaddimah bahasa Arab, harap langsung membaca teks khutbah berikut tanpa berbasa-basi!

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Bersyukurlah pada Allah, karena hari ini kita dapat melangkahkan kaki ke Rumah Allah ini dengan penuh ketenangan dan keamanan.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat kita duduk bersimpuh di sini, tidak ada gempuran misil dan roket yang kita tunggu-tunggu untuk meluluhlantakkan Rumah Allah ini.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat kita khusyuk dalam penghambaan ini, kita tidak berharap-harap cemas menanti berita anak-istri kita di rumah telah tewas akibat rumah kita hancur berkeping-keping oleh serangan rudal tak terduga.
Bersyukurlah pada Allah, karena saat nanti kita meninggalkan mesjid ini, masih akan ada hidangan makan siang yang tersaji di meja makan kita. Masih ada tempat bernaung yang aman. Masih ada tawa canda buah hati kita. Bahkan kita masih sempat-sempatnya mengatur agenda liburan akhir pekan dengan alasan mengusir penat dan stres.
Subhanallah...betapa banyak nikmat dari Allah yang harus kita pertanggungjawabkan di Hari Kiamat. Ingatlah selalu bahwa setiap detail nikmat itu kelak akan ditanyakan oleh Allah Azza wa Jalla, Jamaah sekalian...

Sekarang, Jamaah sekalian...
Bayangkanlah, jika kota kita ini menjadi sebuah kota yang diisolir dari seluruh penjurunya. Lalu tiba-tiba terdengar suara pesawat-pesawat jet tempur terbang berputar-putar di atas atap rumah tempat istri kita menyiapkan makan siang, atap mesjid kita ini, atap kantor kita, atap tempat anak-anak kita bersekolah dan bermain, lalu tanpa kita duga, pesawat-pesawat itu melepaskan rudal-rudalnya tepat menghunjam ke arah kita...ke arah anak-anak kita...dan tiba-tiba saja, kita hanya mendengar berita anak-anak kita terluka, anak-anak kita telah tewas akibat gempuran rudal-rudal itu...
Bayangkanlah, jamaah sekalian...jika sebentar sore saat kita pulang ke rumah, kita hanya menemukan rumah tempat bernaung kita telah berubah menjadi puing-puing...
Bayangkanlah, jika di antara puing-puing itu ada ayah-bunda kita, ada istri tercinta kita, ada bayi mungil kita bersimbah darah...tubuhnya remuk-hancur dan tak bernafas lagi...
Bayangkanlah, jika malam ini kita hidup dalam gelap-gulita, tak ada tempat bernaung, tak ada makanan, tak ada minuman, tak ada pakaian hangat untuk mengusir dingin, dan tak ada keluarga tempat berbagi duka lagi...
Lalu bayangkanlah...jika itu semua kita lalui dan pesawat-pesawat tempur itu tak juga menghentikan gempurannya...bahkan tidak hanya itu, mereka justru diperkuat dengan tank-tank dan pasukan darat untuk menghancurkan, membombardir, dan membinasakan kita semua...
Dan bayangkanlah, bagaimana perasaan hati Anda, jika dengan semua penderitaan tiada tara itu, ternyata tak seorang pun peduli dengan kita...Seluruh dunia seakan diam membisu seolah-olah tak terjadi apa-apa di kota ini...
Kira-kira, jamaah sekalian, seperti apa perasaan hati Anda semua jika Anda mengalami semua penderitaan dan kebiadaban itu??!

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Anda sekalian pasti telah paham bahwa itulah situasi dan kondisi yang dialami oleh saudara-saudara kita, atau katakanlah ”keluarga kita” kaum muslimin di bumi Palestina. Dan melalui mimbar yang mulia ini, kita semua harus tahu bahwa apa yang dilakukan oleh Bangsa Kera dan Monyet bernama Israel terhadap saudara-saudara kita di sana tidak lain karena mereka-saudara-saudara kita itu-mengikrarkan La ilaha illahllah Muhammad Rasulullah!
Peristiwa biadab ini semakin membuka mata hati kita tentang siapa sesungguhnya penjahat dan teroris kemanusiaan itu! Peristiwa ini semakin memperjelas apa yang telah ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an:
ÙˆَÙ„َÙ†ْ تَرْضَÙ‰ عَÙ†ْÙƒَ الْÙŠَÙ‡ُودُ ÙˆَÙ„َا النَّصَارَÙ‰ Ø­َتَّÙ‰ تَتَّبِعَ Ù…ِÙ„َّتَÙ‡ُÙ…ْ
“Dan tidak akan rela orang-orang Yahudi dan tidak pula Nasrani hingga engkau mengikuti agama mereka…”
ÙˆَÙ„َا ÙŠَزَالُونَ ÙŠُÙ‚َاتِÙ„ُونَÙƒُÙ…ْ Ø­َتَّÙ‰ ÙŠَرُدُّوكُÙ…ْ عَÙ†ْ دِينِÙƒُÙ…ْ Ø¥ِÙ†ِ اسْتَØ·َاعُوا
“Dan mereka akan terus memerangi kalian hingga mereka memurtadkan kalian dari agama kalian, jika mereka mampu…”

Kaum muslimin sekalian!
Ini semua baru awal dari pertempuran sesungguhnya. Ingatlah bahwa kita telah berada di akhir zaman. Kelak akan ada pertempuran yang lebih dahsyat dari ini dimana Allah akan memenangkan mereka yang mentauhidkan-Nya dan mengikuti sunnah Nabi-Nya!

Maka sekarang, jamaah sekalian...tidak cukup bagi kita untuk sekedar mengutuk, menyayangkan atau meneteskan air mata. Sekarang, Tanah al-Aqsha memanggil kita untuk kesekian kalinya...Tanah al-Aqsha menuntut tindakan nyata dari kita semua untuk ikut berperan serta membebaskan tanah suci ketiga Umat Islam itu dari cengkraman Zionis Israel!
Maka apa tindakan kita semua? Apa yang harus kita lakukan?!


KHUTBAH KEDUA

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Melalui mimbar Jum’at ini, kami wasiatkan kepada kita semua untuk melakukan perlawanan dan jihad membebaskan bumi Palestina melalui hal-hal berikut:
1.Menyiapkan diri pribadi kita masing-masing dengan bekal iman dan ilmu yang shahih serta ibadah yang sebaik-baiknya kepada Allah. Sebab hanya dengan inilah semua upaya perjuangan kita akan bernilai jihad fi sabilillah. Kita harus memperbanyak jumlah tentara-tentara Allah dengan mulai mengikrarkan diri kita masing-masing sebagai tentara Allah yang memiliki iman yang kuat, ilmu yang shahih dan ibadah yang berkualitas.
2.Mulailah mengkampanyekan ”Peduli Masjid al-Aqsha” pada setiap muslim dan muslimah yang ada di sekitar kita, yang tentu saja dimulai dari keluarga dan kerabat kita. Tanamkan kerinduan untuk mengunjungi Masjid al-Aqsha di Palestina sebagaimana kita rindu untuk selalu datang ke Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah, karena inilah tiga tanah suci Umat Islam!
3.Mulailah menyisihkan dana dan harta Anda sesedikit apapun untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina. Mereka butuh makanan, minuman, obat-obatan dan juga senjata untuk menghadapi gempuran teroris Israel. Dan itu, insya Allah, dapat kita mulai seusai menunaikan shalat Jum’at ini.
4.Gencarkan kembali gerakan boikot terhadap produk-produk Israel dan produk-produk yang memberikan dukungan terhadap negara itu. Ingat selalu bahwa setiap rupiah yang Anda belanjakan untuk produk-produk semacam itu akan digunakan untuk menyiapkan peluru dan bom yang membunuh umat Islam di bumi Palestina.
5.Dan akhirnya, senjata pamungkas kaum beriman yang bernama DOA. Doakan, doakan dan doakan mereka, Jamaah sekalian...Jangan pernah putus doa kita kepada Allah untuk menyegerakan pertolongan untuk saudara-saudara kita di sana.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Sekali lagi, hari ini, Tanah al-Aqsha telah memanggil kita. Dan saya telah menyampaikan peringatan ini kepada Anda sekalian. Maka kelak di akhirat, kita akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita dengar hari ini. Demi Allah! Kita pasti akan ditanya: apa yang telah engkau lakukan untuk membantu mereka di Palestina? Apa yang telah engkau lakukan untuk membebaskan Mesjid al-Aqsha?
Maka sudah siapkan kita menjawabnya??!

Doa Penutup










Mengapa Kita Terhina




Written by kontributor   
Wednesday, 14 January 2009 07:13
Musibah dan problematika yang menghantam suatu negeri adalah suatu kemestian yang telah ditetapkan oleh Allah dan ketetapan ini berlaku untuk setiap negeri yang diutus padanya seorang rasul. Allah Subhanahu Wata’ala menjelaskan dalam salah satu ayatnya: "Dan tidaklah Kami mengutus seorang Nabipun kepada suatu negeri (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan akan kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri." (Al-A'raf: 94)
Hari-hari ini kita terus menyaksikan dan meratapi saudara-saudara kita dibantai satu per satu oleh kaum Yahudi. Kita hanya bisa berteriak, marah, protes, dan menggalang dana bantuan. Itulah yang bisa kita lakukan. Kita terhina, dan tidak berdaya menghadapi kondisi yang memilukan ini. Sama dengan nasib bangsa kita yang ratusan tahun dijajah oleh bangsa-bangsa mini. Mengapa umat Islam yang jumlahnya sekitar 1,5 milyar jiwa tidak berdaya menghadapi kekejaman dan kebiadaban Zionis-Yahudi yang jumlahnya hanya beberapa juta saja. Perlu kita renungkan, bahwa jumlah kaum Yahudi di seluruh dunia hanyalah sekitar 14 juta jiwa. Dalam data Wikipedia disebutkan jumlah populasi : Kristen : 2.1 milyard, Islam : 1.5 milyard, Hindu : 900 juta, Buddha : 376 juta, Yahudi : 14 juta (wikipedia.org, 2007).

Dunia mengutuk kekejaman Zionis Israel. Namun, Israel tidak peduli. Mereka merasa kuat karena jelas-jelas didukung oleh negara adikuasa AS dan sekutu-sekutunya. Sistem PBB sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak bisa merugikan kepentingan Israel. Jika sebelumnya banyak yang menaruh sedikit harapan pada Obama, maka harapan itu kini mulai sirna. Barack Obama ternyata tak beda dengan Presiden AS lainnya yang menempatkan Israel sebagai sekutu utamanya. Kita pesimis, jika melihat sikapnya selama ini terhadap Israel. Semuanya itu tidak lepas dari ketetapan Allah di atas. Demikian pula halnya dengan bangsa dan kaum muslimin di Indonesia pada saat ini mendapat musibah yang menyesakkan, kesempitan, kekurangan, problem hukum, keamanan, pemerintahan, serta krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Namun demikian, tidaklah Allah Subhanahu Wata’ala menetapkan suatu ketentuan melainkan dengan sebab. Maksudnya Allah tidak akan menimpakan suatu malapetaka pada suatu negara melainkan dengan sebab. Jika kita mau adil dan jujur dalam mengoreksi kehidupan kita dan kaum muslimin pada umumnya, maka kita akan menemukan faktor utama penyebab realita ini. Allah Subhanahu Wata’ala Berfirman: “Katakanlah (wahai Muhammad): Jika bapak-bapak kalian, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kalian usahakan, dan perdagangan yang kalian khawatirkan kebangkrutannya serta rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan (dari) jihad fi sabilillah, tunggulah hingga Allah timpakan adzabnya, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24), Ibnu Katsir berkata: “Jika semua perkara ini lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya (tunggulah), yakni tunggulah adzab apa yang akan ditimpakan oleh Allah kepada kalian.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun telah mensinyalir akan adanya musibah yang akan menimpa kaum muslimin yang tidak patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, beliau bersabda: "Apabila kalian telah berjual- beli dengan 'inah (riba), dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi kalian, cinta kepada pertanian (dunia), dan kalian meninggalkan jihad fi sabilillah, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan tidak akan menghilangkannya sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud dan lain-lainnya dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah No. 11)

Perhatikanlah, Allah dan Rasulullah telah menegaskan faktor utama yang menyebabkan musibah ini adalah karena mereka telah meninggalkan agama mereka, karena mereka terlalu mencintai dunia, dan kenyataannya memang demikian. Kehinaan yang dialami oleh umat Islam adalah karena umat Islam telah melalaikan agama mereka dan hanya menjadikannya sebagai identitas belaka, Sabda Nabi: Apabila kalian telah berjual-beli dengan 'inah mengisyaratkan salah satu jenis mu'amalat yang mengandung riba dan mengakal-akali syari'at. Kita lihat berapa banyak kaum muslimin pada saat sekarang ini yang tenggelam dalam riba dengan segala macam bentuknya. Bahkan sebagian sengaja mengakal-akali agar tidak terkesan riba. Kemudian sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: mengambil ekor-ekor sapi kalian, cinta kepada pertanian, yakni cinta kepada dunia dan condong kepadanya serta tidak mempedulikan dan mengabaikan syari'at beserta hukum-hukumnya. Sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: dan kalian meninggalkan jihad merupakan akibat cinta dunia. Dan ini tidak berarti hanya jihad saja, melainkan termasuk juga kewajiban-kewajiban syari'at yang lain. Maka berapa banyak kaum muslimin sekarang ini yang meninggalkan shalat, zakat, shaum, dan lainnya tanpa merasa bersalah dan berdosa bahkan melakukannya dengan sengaja.

Apabila kaum muslimin telah berada dalam keadaan seperti itu maka ditimpakanlah kepada mereka apa yang berhak ditimpakan. Dan jadilah mereka dalam keadaan hina diliputi fitnah dan musibah. Teranglah sekarang bahwa berbagai musibah -baik yang menimpa pribadi maupun masyarakat- berupa kesempitan, kekurangan, krisis moneter atau kekacauan, itu semua disebabkan maksiat mereka kepada Allah, mengabaikan perintah-perintah-Nya, serta lalai dan lengah terhadap syari'at-Nya, sehingga mereka menggunakan hukum selain hukum Allah Subhanahu Wata’ala. Padahal Allah lah yang menciptakan mereka. Allah lebih sayang kepada mereka daripada sayangnya orangtua kepada anaknya, dan Allah lebih tahu tentang mashlahat mereka daripada mereka sendiri.

Kebanyakan manusia menyandarkan segala musibah, baik krisis moneter atau kekacauan keamanan dan politik kepada sebab-sebab materi semata. Tidak diragukan lagi bahwa ini menunjukkan kedangkalan pemahaman mereka, kelemahan iman dan kelalaian mereka mengkaji Al-Qur'an dan sunnah rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ada sebagian orang di sana yang memiliki ghirah (semangat) yang besar yang menghendaki kemuliaan dan kejayaan Islam -alhamdulillah-, namun sangat disayangkan karena kejahilan pada diri mereka akhirnya berbicara dan bertindak serampangan. Mereka merasa solusi yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak lagi relevan. Mereka meyakini bahwa sebab utama bukanlah seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur'an dan dipaparkan dalam sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Merekapun mempersulit diri dengan mereka-reka dan mencari solusi yang paling tepat untuk diterapkan. Mereka menyebarkan talbis (pengkaburan) terhadap solusi Qur'ani dan Nabawi serta menebarkan pemahaman busuk kepada masyarakat. Di antaranya mengatakan bahwa faktor utama hinanya umat Islam dan penindasan serta penjajahan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin adalah karena umat Islam hanya sibuk dalam urusan fikih ibadah sehingga tertinggal dalam urusan teknologi dan tidak tahu waqi' (wawasan).

Maka Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menanggapi fenomena ini dengan menyatakan: Satu perkara yang sangat penting untuk dijelaskan di sini adalah kehinaan yang dialami oleh sebagian kaum muslimin dan penjajahan orang-orang kafir -termasuk Yahudi- terhadap sebagian negeri muslimin, bukanlah disebabkan karena mereka tidak tahu fiqhul waqi' (wawasan) atau karena mereka tidak tahu rencana-rencana makar orang-orang kafir tersebut.

Kemudian beliau melanjutkan, Sesungguhnya sebab yang mendasar terjadinya kehinaan pada sebagian kaum muslimin adalah; Pertama, Karena kaum muslimin tidak mengenal lagi Islam yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kedua, Sebagian besar kaum muslimin yang tahu tentang Islam tidak mau mengamalkannya bahkan mengabaikan dan menyia-nyiakannya.

Oleh karena itu kunci agar kejayaan Islam terwujud kembali adalah dengan mempelajari ilmu yang bermanfaat serta mengamalkannya. Dan perkara yang sangat mulia ini tidak akan terwujud kecuali jika mengamalkan manhaj tashfiyah wat tarbiyah (pemurnian dan pendidikan). Kedua hal tersebut merupakan kewajiban yang besar.

Demikianlah karena mentauhidkan Allah  serta beriman kepada rasul-rasul-Nya, menta'ati-Nya dan juga menta'ati rasul-Nya, berpegang teguh dengan syari'at-Nya dan menyeru manusia mengikutinya serta mengingkari orang-orang yang menyelisihinya adalah merupakan sebab segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Semuanya merupakan sebab kekokohan, saling menasihati dan saling menguatkan, yang membawa kepada kemuliaan di dunia dan di akhirat, selamat dari hal yang tidak diinginkan, serta tegar dan terlindung dari segala cobaan (fitnah). “Allah telah berjanji kepada orang yang beriman di antara kalian dan beramal shalih akan menjadikannya khalifah (pemimpin) di bumi, sebagaimana orang-orang sebelum mereka dan akan mengokohkan bagi mereka agama yang Allah ridlai, serta akan menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman.” (An-Nur: 55).

Inilah janji Allah yang sangat besar. Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wata’ala  segera mengeluarkan kita dari problematika umat ini serta menjadikan kita termasuk yang mendapatkan dan merasakan janji Allah tersebut. Amin ya Mujibas Saailin. wallahul a’lam

dari berbagai sum

Sejarah Hitam Yahudi




Written by kontributor   
Wednesday, 07 January 2009 06:58
Sejak dahulu hubungan antara bangsa Yahudi dengan orang-orang yang beriman selalu diwarnai dengan pengkhianatan dan penipuan yang dilakukan oleh bangsa yahudi. Ketika rasulullah diutus sebagai rasulpun mereka tetap membangkang dan tidak mengakui rasulullah sebagai seorang nabi, padahal dalam kitab-kitab mereka telah jelas disebutkan tentang rasulullah. Ada banyak kisah tentang bagaimana perilaku orang-orang yahudi terhadap kaum muslimin pada zaman rasulullah. Beberapa diantaranya adalah :
Pertama, Mengadu domba antara suku aus dan khazraj dari kalangan anshar

Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Syas bin Qais adalah seorang tokoh Yahudi yang sudah tua renta dan sekaligus pemimpin kekufuran. Dia sangat membenci dan mendengki orang muslim. Suatu kali dia melewati beberapa orang shahabat dari Aus dan Khazraj yang sedang berkumpul dan berbincang-bincang dalam suatu majelis.  Melihat hal itu dia berkata kepada seorang pemuda Yahudi “hampirilah orang-orang itu dan duduklah bersama mereka. Kemudian ungkit kembali perang bu'ats yang pernah mereka alami. Lantunkan kembali syair-syair yang pernah mereka ucapkan secara berbalas-balasan pada saat itu.” Pemuda itupun melakukan apa apa yang diperintahkan syas. Akibatnya mereka saling berdebat dan saling membanggakan diri, hingga ada dua orang yang melompat bangkit dan adu mulut secara sengit. Salah seorang diantara keduanya berkata kepada yang lain “jika memang kalian menghendaki, saat ini pula kami akan menghidupkan kembali akar peperangan diantara kita.” Kedua belah pihak (Aus dan Khazraj) ikut terpancing, lalu masing-masing mengambil senjatanya dan hampir saja terjadi adu fisik. Tetapi rasulullah pun dengan sigat menghentikan pertikaian ini.

Kedua, Memberikan gangguan kepada orang-orang beriman

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa ada seorang wanita muslimah yang datang ke pasar Bani Qainuqah (suku Yahudi) sambil mengenakan jilbabnya. Dia duduk di dekat seorang pengrajin perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang dari mereka bermaksud hendak menyingkap kain yang menutupi wajahnya. Tentu saja wanita muslimah itu berontak. Diam-diam tanpa diketahui wanita muslimah itu, pengrajin perhiasan tersebut mengikat ujung bajunya, sehingga tatkala bangkit auratnya tersingkap. Merekapun tertawa dibuatnya. Secara spontan wanita muslimah itu berteriak. Seorang laki-laki muslim yang ada di dekatnya melompat ke arah pengrajin perhiasan dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi lainnya megikat laki-laki muslim itu lalu membunuhnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerangi mereka .

Ketiga, Berencana membunuh Rasulullah

Orang-orang Yahudi merencanakan untuk membunuh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini terjadi pada saat beliau mendatangi mereka bersama beberapa orang shahabat, agar mereka mau membantu membayar tebusan bagi dua orang dari bani amir yang dibunuh Amr bin Umayyah adh-dhamry. “Kami akan membantumu wahai abul Qasim. Sekarang duduklah disini, biar kami menyiapkan kebutuhanmu,” kata orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Beliau duduk di pinggir tembok salah satu dari rumah mereka disamping beliau ada Abu Bakar, Umar, Ali dan beberapa shahabat yang lain radhiyallahu ‘anhum. Ketika melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah duduk di tempat yang telah ditentukan maka merekapun berunding untuk membunuh rasulullah dengan cara menjatuhkan batu penggiling dari atas rasulullah. Ketika orang-orang yahudi hendak merencanakan niat jahat mereka, jibril turun kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memberitahukan rencana orang-orang Yahudi. Maka seketika itu pula rasulullah beranjak dari tempat duduknya dan pulang ke Madinah tanpa memberitahu kepada shahabat penyebab kepulangannya, nanti setelah sampai di madinah barulah rasulullah mengabarkan kepada para shahabatnya dan langsung mengutus Muhammad bin Maslamah untuk memberi pengumuman kepada Bani Nadhir agar mereka segera meninggalkan madinah.orang-orang yahudi inipun kembali memperlihatkan ulahnya dan tidak mau meninggalkan Madinah, sehingga rasulullah pun memerangi mereka.

Keempat, Menghimpun seluruh kekuatan kafir untuk memerangi Islam

Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang mempunyai mental pengecut, mereka tidak berani melawan rasulullah hanya dengan kekuatan sendiri, setelah mengalami penghinaan dengan dikalahkannya mereka pada peperangan sebelumnya, maka Bani Nadhir pun mencari dukungan dari orang-orang kafir Quraisy, kabilah-kabilah di Ghathafan, serta beberapa kabilah arab yang membenci dakwah Islam, merekapun sepakat untuk menyerang Madinah yang jumlah pasukannya jauh melebihi jumlah penduduk kota Madinah termasuk wanita dan anak-anak, sekitar sepuluh ribu prajurit. Perang ini dikenal dengan sebutan perang ahzab. Ketika mendengar hal tersebut, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menggelar majelis musyawarah dengan para shahabat untuk menyusun strategi menghadi pasukan multi agama ini. Akhirnya disepakati untuk membuat parit yang mengelilingi kota Madinah. Setelah parit selesai, pasukan kafir ini heran dan bingung karena mereka belum pernah melihat strategi perang seperti ini sebelumnya, akhirnya merekapun bertahan dengan mendirikan tenda di luar kota madinah. Dan tak berapa lama, Allah pun mengirimkan taufannya untuk memporak-porandakan pasukan multi agama ini.

Kelima, Mengkhianati perjanjian

Pada perang ahzab, Bani Quraizhah (salah satu dari suku Yahudi) telah mengkhianati perjanjian dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dibuat untuk seluruh penduduk kota Madinah termasuk suku mereka, tetapi mereka telah membantu pasukan ahzab untuk menyerang kaum muslimin dari dalam kota madinah, maka setelah pasukan ahzab berhasil dikalahkan, rasulullah pun bersabda “siapa yang tunduk dan patuh, maka janganlah sekali-kali mendirikan shalat ashar kecuali di bani Quraizhah”. Isyarat rasulullah ini ditangkap dengan baik oleh shahabat sebagai isyarat untuk melakukan peperangan dengan Bani Quraizhah.

Keenam, membuat penyimpangan dalam Islam

Abdullah bin Saba’ demikianlah nama tokoh Yahudi ini, ia berasal dai San’a sebuah kota di Yaman. ia hidup pada masa khalifah ‘Ali bin abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, orang inilah yang menyuarakan bahwa pengganti rasulullah sesungguhnya adalah ‘Ali bukan Abu bakar dan Umar, bahkan dia dengan lancangnya menyebut bahwa ‘Ali sebagai Allah dan ia adalah seorang nabi. Ketika mendengar hal itu khalifah ‘Ali kemudian mengusirnya. inilah yang menjadi cikal bakal agama Syi’ah Rafidhah seperti yang ada dianut oleh negara Iran dan Hizbullah.

Demikianlah sejarah pergaulan orang-orang Yahudi dengan kaum muslimin yang selalu diwarnai dengan tipu daya, kelicikan, dan kekerdilan hati dari orang-orang Yahudi. Makanya tidaklah mengherankan ketika baru-baru ini mereka melanggar perjanjian dengan palestina dan kemudian menyerang rakyat palestina dengan menggunakan perlengkapan perang yang lengkap padahal yang mereka hadapi hanyalah pemuda dan anak-anak yang bersenjatakan batu. Sungguh mereka adalah manusia-manusia kerdil. wallahul musta’an

dari berbagai sumber

Palestina Bantu kemerdekaan Indonesia Written by Andi Rahmanto    Wednesday, 14 January 2009 01:52
 
Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap negara tersebut. Hari ini ketika Palestina diserang, mengapa kita (bangsa Indonesia) ikut sibuk?
Sebagai orang Indonesia, sejarah menjelaskan bahwa kita berhutang dukungan untuk Palestina dan negara arab lain.
Dari berbagai sumber  yang diperoleh, Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc.
Kenapa Kita Memikirkan Palestina?
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia: pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.
Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir, di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah.
Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah khususnya Mesir. Shalat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal “Volendam” milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.
Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah putih? tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal “Volendam” milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.
Sekarang bagaimana rasannya saat melihat bendera kita di kibarkan oleh bangsa lain dengan kesadaran penuh menunjukan rasa solidaritasnya, karena mereka peduli Wartawan ‘Al-Balagh’ pada 10/8/47 melaporkan: “Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan motor-boat besar itu kejuruan lain.”
Tentu saja, motivasi yang kita bangun tidak hanya dari aspek historis, namun ini kita dapat ambil sebagai sebuah pelajaran untuk mengingatkan kembali betapa palestina pernah melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. (jk/dak/sm/berbagai sumber/www.suara-islam.com)
http://www.suara-islam.com/index.php/Nasional/Palestina-Bantu-kemerdekaan-Indonesia.html

 

0 komentar:

Posting Komentar